Kerajinan Akar Wangi, Omsetnya Seharum Aromanya


Awalnya Suparman hanya berniat membantu ibu-ibu rumah tangga di sekitar lingkungannya. Tapi ternyata laba dari kreasi seni akar wangi yang digelutinya bisa mendatangkan laba 100 persen.

Akar wangi atau Andropogon zizanioides sudah dikenal sejak lama sebagai pengharum pakaian, kain batik, atau keris yang disimpan di dalam lemari, di samping sebagai pengusir kehadiran tikus dan kecoa. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman yang tumbuh subur di Garut, Jawa Barat, ini dikreaksikan oleh Suparman menjadi suvenir berbentuk berbagai binatang berukuran mungil (baca: boneka, red.) sehingga tampak unik, menarik, dan tidak mengotori almari.

“Awalnya, saya hanya ingin membantu para ibu rumah tangga di sekitar sini, yang kebetulan secara ekonomi tergolong tidak mampu. Lalu, muncul ide untuk membuat kerajinan dari akar wangi. Ternyata, tanggapan mereka sangat baik, demikian pula dengan masyarakat konsumen saya,” kata Suparman yang memulai usaha ini sejak 1989 di workshop sekaligus rumahnya di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Untuk bahan bakunya, Suparman mengambilnya dari Garut dengan harga Rp16 ribu/kg. “Ini bukan masalah akar wangi dari Garut lebih berkualitas daripada yang dari Yogya, misalnya, tapi cuma masalah hemat biaya. Selain itu, akar wangi dari Yogya dijual Rp26 ribu/kg,” ujar laki-laki yang setiap kali berbelanja, membeli 500 kg sampai 1 ton akar wangi.

Dari setiap kilogram tanaman yang dapat disuling menjadi minyak sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan kosmetika ini, setiap hari dapat diproduksi 200 boneka berukuran sekitar segenggaman tangan atau lima boneka berukuran cukup besar, dengan peralatan yang sangat sederhana seperti lem, benang, dan gunting. Dengan demikian, dibantu 25 “karyawati dan karyawannya”, setiap bulan ia mampu memproduksi sekitar 1.000 produk berbagai ukuran. Dan, untuk setiap buah karya mereka, para “karyawati dan karyawan” tersebut mendapat uang lelah sebesar Rp750,-.

“Sehari, satu ‘karyawati’ saya mampu memproduksi 10 boneka berukuran kecil, sedangkan yang ‘karyawan’ bisa membuat satu boneka berukuran besar,” ucap Suparman yang mengombinasikan kreasinya dengan bahan-bahan lain seperti kerang, gedebog (pelepah, red.) pisang, tali tambang, enceng gondog, dan batok kelapa, agar tampak lebih menarik.
Selanjutnya, ia menjual boneka-boneka seharga Rp2.500,- hingga Rp250 ribu ini, ke berbagai toko suvenir di Jakarta dan Bali. Selain itu, ia juga menerima pesanan dari Batam, Dili, Cina, dan Korea, serta Amerika. “Saat ini saya sedang membuat 1.000 sajadah akar wangi seukuran tubuh, pesanan dari Malaysia,” kata pria yang memulai usaha ini dengan modal Rp25 juta dan kini mampu mengumpulkan omset rata-rata Rp10 juta/bulan.

Akar wangi bagi masyarakat Cina melambangkan panjang umur, bagi masyarakat umum dianggap sebagai tanaman yang wanginya tak pernah hilang, dan bagi pengrajinnya (perlahan namun pasti) memberi omset yang tak kalah harum dengan aromanya.

Analisa Bisnis Akar Wangi
(per 1.000 boneka)

Biaya Bahan Baku
5 kg akar wangi @ Rp16.000,- Rp 80.000,-
Biaya Produksi
1.000 boneka @ Rp750,- Rp 750.000,- +
Total Rp 830.000,-

Hasil Penjualan
1.000 boneka @ Rp2.500,- Rp2.500.000,- -
Laba kotor Rp1.670.000,-

Catatan: Laba kotor ini hanya didapat dari penjualan, tidak termasuk pemesanan produk. Harga per boneka diambil dari harga yang paling rendah yaitu Rp2.500,- sedangkan bonekanya diasumsikan yang berukuran paling kecil atau hanya berukuran segenggaman tangan perempuan dewasa.



Graphology, Cari Tahu Kepribadian Pasangan Anda!



Pernahkan berfikir untuk mengenal lebih dalam terhadap diri pasangan Anda sebelum menikah? Temukan jawabannya di Ashanda Consulting.

Pada dasarnya, setiap orang ingin mengenal lebih mendalam tentang kepribadian orang lain, terutama bagi seseorang yang hendak memutuskan untuk hidup bersama (menikah, red) dengan pasangannya. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui karakteristik kepribadian pasangan, seperti menjalani hubungan komunikasi secara intensif baik melalui percakapan, sms atau pun mencari informasi tambahan dari orang terdekat.
Hal tersebut mungkin menjadi penting ketika mengacu pada beberapa keretakan rumah tangga yang banyak terjadi di masyarakat. Ditambah adanya pemberitaan oleh media massa mengenai maraknya perceraian di kalangan selebritis baik lokal maupun mancanegara. Banyak faktor yang memicu perceraian tersebut, ambil contoh ketidakcocokan kepribadian, pasangan yang mendominasi rumah tangga, atau ketidaksetaraan latar belakang seperti pendidikan dan status sosial.

Fenomena di atas menggugah Achsinfina Handayani untuk membantu pasangan yang ingin memasuki jenjang pernikahan dengan menganalisis tulisan tangan dari pasangann tersebut. “Analisa tulisan tangan lebih dikenal dengan istilah graphology atau handwriting analysis. Graphology merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya, sehingga dapat diketahui karakter, pemikiran dan prilaku orang tersebut,” terang ibu yang akrab disapa Sinta ini.
Ia mengatakan, di era modern seperti saat ini, analisa tulisan tangan terkesan kuno. Setiap individu terbiasa berkomunikasi via telepon dan sms, dan meninggalkan kebiasaan surat menyurat untuk menyampaikan pesan. “Padahal, analisa tulisan tangan menjadi sangat bermanfaat bagi pasangan yang hendak menikah. Pada dasarnya, tulisan tangan mengungkapkan pola pikir seseorang, kekuatan ego seseorang, motif dasar atau dorongan naluriah, cara berhubungan sosial dan memandang dunia, produktifitas dan cara mengatasi permasalahan,” ungkap pendiri Ashanda Consulting tersebut.

Jadi, ia pun tak heran jika sekarang banyak terjadi perceraian di kalangan masyarakat maupun selebritis. “Membina hubungan (pacaran, red) lama pun bukan jaminan bisa mengenal kepribadian pasangan kita. Bahkan, ada salah satu klien saya yang sudah menikah selam 4 tahun pun belum mengenal pasangannya dengan baik,” katanya memberi gambaran.
Bermodalkan Certificate Handwriting Analysis dan Certificate Avriculo Therapist, Sinta memaparkan sistem graphology yang diterapkan adalah dengan memberikan kebebasan pada kliennya untuk menulis apa pun di selembar kertas. Dari tulisan tersebut, dianalisis menurut ketentuan standar internasional mengenai tipe-tipe sebuah tulisan. “Acuan pada umumnya dilihat dari margin tulisan, bentuk karakter tulisan dan yang terpenting kertas no line,” tegas kelahiran 2 April 1973.

Tes graphology di Ashanda Consulting pun terbagi menjadi dua kategori, yaitu tes on the spot dan report. “Untuk tes yang sifatnya tidak ada laporan tertulis, dilakukan dengan memberikan analisa langsung di depan klien saat itu juga. Umumnya, mereka yang meminta on the spot, selain mengetahui lebih cepat hasil analisa tentang kepribadian pasangannya, pun bertujuan agar pasangannya tidak mengetahui hasil tes tersebut di kemudian hari dengan faktor kelalaian penyimpanan dokumen tersebut,” katanya dengan menyebutkan jasa ini banyak diminta oleh pihak perempuan.

Berkantor di Plaza Bintaro Satoe Lantai 2 ini, Ashanda yang diambil dari singkatan namanya, memasang tarif konsultasi untuk on the spot sebesar Rp 150 ribu dan dengan report sebesar Rp 350 ribu. Sinta menambahkan, konsultasi yang dilakukan harus membuat perjanjian terlebih dahulu untuk memberikan pengaturan waktu konsultasi lebih efektif dan efisien. “Karena konsultasi bisa saja memakan waktu sampai 4 jam, meskipun waktu yang ditentukan adalah 1 jam saja. Biasanya, ada yang sampai nangis saat mendengar paparan hasil analisa loh,” kenang ibu yang menangani klien dari kelas menengah ke atas ini.
Berdiri sejak satu tahun lalu, Sinta pun mengaku awalnya kesulitan untuk mengkomunikasikan prakteknya. Dengan keterbatasan informasi masyarakat terhadap graphology dan lebih familiar dengan psikology, ia pantang menyerah. Kegigihannya untuk memberikan kemudahan bagi pasangan untuk mengetahui lebih rinci kepribadian dari pasangan masing-masing ini berhasil menggaet 10 klien setiap bulannya.

“Graphology merupakan alat tes multi bahasa karena tidak menganalisa isi atau content dari tulisan, sehingga penggunaannya sangat luas di berbagai budaya. Graphology pun dapat menjadi alat yang dipercaya untuk menentukan trait seperti kejujuran, kestabilan emosi, kemungkinan bertindak kasar dan sebagainya,” ujarnya yang mengklaim keakuratan analisa graphology di atas 90 persen.
Ia pun mengungkapkan, segmentasi klien graphology pun tak hanya dewasa tetapi dapat juga digunakan untuk anak-anak. Umumnya, graphology anak bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri dan prestasi anak. Melalui Grapho Therapy dapat mengubah ‘komputer’ yang dimiliki anak menjadi lebih pintar sehingga terlihat peningkatan prestasi, semangat yang makin kuat, fokus yang lebih cepat, peningkatan rasa penghargaan diri, daya mental kuat, keberanian meningkat dan sebagainya. Berminat?

Manfaat Graphology :
- Memahami diri anda dengan lebih baik
- Konsultasi perkembangan anak dan remaja
- Memilih pasangan hidup atau rekan bisnis
- Seleksi & penempatan karyawan di perusahaan / rumah tangga
- Kriminologi atau penilaian kemungkinan penipuan
- Bimbingan mengenai bidang pendidikan dan pekerjaan cocok dengan kepribadian
- Terapi tulisan tangan (Grapho Therapy)


Untung Besar, Bisnis Gitar


Hampir bisa dipastikan tak satu pun orang yang tak mengenal gitar. Dari kelas murah sampai yang mahal pun ada konsumennya.
"Kemarau panjang kapankah akan kudengar lagi. Nyanyian angin dan denting gitarmu.” …

Sepenggar syair Ebiet G. Ade yang begitu puitis, seolah bermaksud mengingatkan betapa akrab hubungan manusia dengan gitar. Peluang ini membuat Sardiyono tanpa ragu menjadikan profesi pembuat gitar sebagai pilihan hidupnya. Hasilnya, …. lariiiiissss!!
Ketika menginjak bangku SMP, Sardiyono diajari bermain gitar oleh guru sekolahnya. Pengalaman itu terus membekas dalam benak pria asal Wonogiri tersebut, sampai akhirnya ia terobsesi untuk mendalami kemampuan bermain gitar. Pada tahun 1997, ia memutuskan ikut kursus membuat gitar di Solo selama 2 tahun.
Selepas kursus, mantaplah langkah Sardiyono untuk menjadi pembuat gitar. Bermodalkan uang Rp 15 juta untuk membeli alat-alat, Sardi merekrut 3 orang karyawan untuk membantunya memproduksi gitar akustik dan elektrik, yang diberi merek Irvita.
“Masing-masing karyawan mempunyai tugas sendiri-sendiri. Misalnya, ada yang bagian membuat bodi atau mengecat gitar. Memang sengaja dibuat begitu agar tiap karyawan punya keahlian tersendiri,” ungkap pria yang biasa dipanggil Sardi ini ramah.

Langkah untuk membuat gitar akustik dan elektrik, lanjut Sardi, tidak sama. Jika membuat gitar akustik, pertama, bahan gitar dicetak agar terbentuk bodi yang lebih umum disebut gembungan. Setelah gembungan jadi, baru dibuat setang gitar dan bagian penunjang yang lain. Pada gitar mahal, pinggirnya akan dibentuk siluet, sementara jika gitarnya dijual dengan harga standar, maka langsung dicat.
Sedang untuk membuat gitar elektrik, tidak melalui pencetakan, melainkan dengan dibuatkan mal, seperti proses laiknya membuat baju, yang diteruskan memotong bahan sesuai bentuk mal itu.
“Tidak ada perbedaan mendasar sih antara membuat gitar akustik dan elektrik, cuma tidak sama saat mengawali saja. Setelah itu prosesnya sama hingga finishing,” jelas Sardi.

Sardi membuat berbagai jenis gitar akustik, mulai yang berharga Rp 135 ribu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Gitar yang paling murah biasanya dicari anak-anak SMP untuk belajar di sekolahnya atau dipilih anak-anak muda untuk mengamen dan nongkrong di pinggir jalan. Kadang-kadang ada juga yang memesan gitar jumbo seharga Rp 450 ribu. Sardi memberi garansi, gitar yang harganya di atas Rp 200 ribu akan mempunyai ketahanan di atas 3 tahun karena dibuat dari bahan-bahan pilihan. Sedang untuk gitar elektrik, Sardi mematok harga berdasarkan kualitas. Harga Rp 300 ribu untuk kualitas 3, kualitas 2 diberi bandrol Rp 1,2 juta dan Rp 1,7 juta untuk kualitas 1.
“Baru-baru ini, saya mendapat pesanan dari seorang guru musik di Bali untuk gitar elektrik kualitas satu. Guru musik itu sekaligus merupakan eksportir, sehingga rencananya gitar bikinan saya dipasarkan keluar negeri,” cetusnya bangga.

Bahan-bahan untuk membuat gitar, diperoleh Sardi dengan mudah di sekitar Wonogiri. Bahan utama berupa triplek dan kayu. Jenis kayu yang dipakai antara lain sonokeling, mahoni, sengon laut dan jati. Namun penggunaan kayu jati hanya untuk pembuatan gitar akustik kelas 1 saja.
Dengan dibantu 3 karyawan, Sardi mampu memproduksi gitar 10 lusin per bulan. Jika pesanan sedang membludak, Sardi biasanya menghubungi mitra kerjanya sehingga pesanan bisa selesai tepat waktu.
“Penggajian yang saya terapkan, karyawan menerima uang rata-rata Rp 20 ribu per hari. Jadi sebulan akan menerima Rp 600 ribu,” urai Sardi yang membuka workshop di Desa Sumberejo RT. 01, RW. 04, Kel. Karanglor, Manyaran, Wonogiri.

Menyinggung soal promosi, Sardi mengaku selama ini mengandalkan kerja sama dengan sekolah-sekolah. Beberapa sekolah yang ditawari bekerja sama, ternyata menyambut baik. Tak pelak pesanan gitar mengalir lancar kepada Sardi.
Selain penawaran ke sekolah, sejak dua tahun silam Sardi juga aktif mengikuti Pesta Kesenian Bali. Tak dinyana, dalam setiap pameran, gitar buatannya selalu ludes terjual. Sampai Sardi harus mengambil stok lagi dari Wonogiri agar stand tidak kosong. “Pokoknya, saya optimis gitar buatan saya siap bersaing karena kualitasnya memang bagus. Harapan saya sih, semoga pasar gitar saya secepatnya mampu menembus luar negeri,” harapnya dengan mata berbinar.

Mencetak Uang dari Topeng Barong dan Wayang




Kegandrungan orang kepada karya seni tradisional memberi peluang Wayan untuk terus meraup keuntungan.

Salah besar jika ada yang bilang topeng seram dan menakutkan tidak bisa dijadikan lahan bisnis! Buktinya, Wayan Suwija berhasil membalikkan mitos itu dan sukses menggeluti usaha wayang dan topeng barong. Bagaimana kiatnya agar bisnisnya terus eksis?

Usaha yang digeluti Wayan Suwija, merupakan bisnis yang sudah turun-temurun di kalangan keluarganya. Makanya tidak heran, semenjak kecil, sekitar umur 6 tahun, Wayan sudah tidak asing dengan wayang dan berbagai jenis topeng. Bahkan, usai pulang sekolah, tanpa disuruh pun, ia dengan senang hati akan membantu ayah atau karyawan yang sedang bekerja.
Membuat wayang, ungkap pria bapak dua anak itu, memerlukan ketelitian dalam pengerjaan. Wayang terbuat dari kulit sapi. Mula-mula, kulit sapi dibersihkan, kemudian dihaluskan. Dilanjutkan dengan disket untuk membuat pola wayang, yang diteruskan dengan diukir serta diwarnai. Proses terakhir, kulit sapi yang sudah diukir itu dirakit dalam proses finishing.
“Banyak sekali jenis wayang yang kami buat. Ada Panca Pandawa, Wisnu Murti, Lodra Murti, Kayon, Kresna, Rama, Siwa, Acintya dan lainnya. Totalnya ada 125 jenis wayang. Harga wayang yang diperuntukkan anak-anak adalah Rp 15 ribu per buah, sedang wayang ukuran standar Rp 175 – Rp 600 ribu per buah. Ada juga wayang untuk orang yang latihan mendalang, harganya Rp 75 ribu per buah. Bentuknya sederhana saja karena untuk latihan,” ungkap Wayan panjang lebar.

Pengerjaan wayang, bisa makan waktu hingga seminggu. Jika modelnya gampang, memang satu orang bisa membuat hingga tujuh buah wayang dalam sehari. Namun jika modelnya rumit, satu wayang bisa dikerjakan dalam tempo seminggu.
Dibantu tujuh karyawan, selain wayang, Wayan pun berkreasi membuat berbagai macam topeng, yang kesemuanya berjumlah 19 jenis. Topeng buatan Wayan meliputi Dalem, Sidakarya, Patih, Topeng Tua, Topeng Pedanda, Bondres, Dukuh, Cungih, Bengor dan Wijil. Selain itu, juga ada topeng barong dan rangda yang bentuknya begitu menyeramkan karena penampilannya yang sangar dengan mata melotot dengan gigi bertaring.
Masing-masing karyawan, jelas Wayan, sudah mempunyai spesialisasi tersendiri. Kalau bertugas membuat topeng, maka seterusnya demikian. Begitu pula jika bagian membikin wayang, maka tidak akan mengerjakan yang lain lagi.
“Sistem gaji yang diberlakukan adalah model borongan. Ya, paling tidak perhari karyawan akan mendapat Rp 50 ribu. Jam kerja dari jam 8.00 – 16.00 (wita),” Wayan menjelaskan.

Suami dari Wayan Astiti ini lebih jauh menceritakan, untungnya bahan baku dapat dengan mudah diperoleh sehingga tidak sampai harus memesan di luar Bali. Bahan untuk membuat topeng, yakni kayu pule, bisa didapat di sekitar tempat tinggalnya. Kelebihan menggunakan kayu pule, jenisnya amat cocok dibuat topeng. Selain mudah dibentuk, juga kuat dan mempunyai taksu tersendiri. Kayu pule sudah lazim dipakai untuk membuat topeng yang disakralkan.

Berhubung jenis kayu yang dipakai membuat topeng bukan jenis sembarangan, tidak heran kalau harganya tidak murah. Ini pula yang menyebabkan topeng yang sudah jadi harganya juga tergolong mahal. Tidak hanya itu, tingginya harga topeng juga disebabkan waktu pengerjaannya yang tergolong lama. Satu topeng barong, misalnya, rata-rata menghabiskan waktu pengerjaan selama sebulan.
“Topeng barong rata-rata dikasih bandrol harga Rp 2,5 juta. Kualitasnya memang bagus sih. Bahannya kayu pule dan rambutnya asli rambut manusia. Selain itu juga memakai batu permata. Cat yang digunakan jenis cat akrilik,” ujar Wayan yang mengaku untung bersihnya setiap bulan Rp 6 juta.

Untuk mendongkrak usahanya, selama ini Wayan membuka art shop di Taman Budaya Art Centre dan sudah mengikuti ajang kesenian yang digelar tahunan di Bali selama 9 kali. Langkah Wayan ternyata jitu. Beberapa kali konsumen asing yang berasal dari Perancis dan Australia terkagum-kagum melihat hasil karyanya sehingga langsung memborong untuk dipakai sebagai kenang-kenangan. Kalau orang lokal, selain membeli wayang dan topeng untuk dekorasi, juga ada yang sengaja memesan sebagai benda sakral untuk dipajang di pura.




Menghadirkan nuansa alami di lingkungan rumah tak berbiaya mahal lagi. Ada curug gentong hasil kreatifitas Rita Apriyanti.
Anda tentu sudah memahami bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Tapi, tahukah Anda bahwa kesulitan yang dialami satu pihak berarti peluang bisnis bagi pihak yang lain? Karena, pihak yang lain melalui berbagai cara akan berusaha mengubah kesulitan itu menjadi kemudahan. Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Rita Apriyanti, kala melihat temannya yang akan pindah rumah mengalami kesulitan memindahkan landscape di rumahnya.


Pada 2003, dengan modal awal Rp5 juta (1,5 tahun kemudian modal usaha ini berkembang menjadi Rp10 juta, red.), ia membuat landscape yang dinamai curug gentong. “Curug dalam Bahasa Sunda berarti air terjun, sedangkan gentong merupakan medianya. Jadi, curug gentong berarti air terjun di dalam gentong. Curug gentong yang fokus utamanya pada suara gemericik air, seolah-olah menghadirkan nuansa alam di dalam rumah sehingga muncul ketenangan batin,” jelasnya. Selain itu, curug gentong yang ditawarkan dengan harga Rp100 ribu hingga Rp750 ribu ini, juga dapat dipindah-pindahkan.

Untuk menciptakan nuansa alam di dalam gentong, digunakan berbagai macam bahan baku seperti limbah batu apung, kerikil, semen, dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa. Selanjutnya, dengan lem khusus, bahan-bahan tersebut direkatkan ke dalam “perut” gentong yang sebagian sudah dilubangi dengan alat khusus atau cukup dengan tangan. Untuk membuatnya lebih indah, curug gentong ini dihiasi dengan lampu air berkekuatan 10 watt sampai 25 watt atau lampu bohlam berkekuatan 5 watt.

Untuk membuat curug gentong ini, setiap bulan, Rita membelanjakan uangnya sebesar Rp 2 juta sampai Rp3 juta untuk membeli 100 gentong dalam berbagai ukuran dan bentuk. Dalam hal ini, ia menjalin kerja sama dengan pengrajin gentong di Plered, Purwakarta. 50 gentong diproduksi untuk memenuhi pemesanan dan sisanya dibuat sebagai persediaan. “Dalam sebulan, rata-rata terjual 50 gentong. Jumlah ini meningkat 30% usai pameran,” kata perempuan yang rata-rata meraup omset Rp5 juta hingga Rp15 juta setiap bulannya.

Untuk meningkatkan penjualan, ia aktif berpromosi. Di samping itu, juga melayani mereka yang membeli untuk dijual kembali dengan sistem beli putus. “Tapi, setelah satu bulan curug gentong yang mereka ambil ternyata tidak laku, mereka boleh mengembalikannya untuk tukar model,” ujarnya. Sekadar informasi, curug gentong kini telah merambah Batam, Pekanbaru, Samarinda, Lampung, Sumatera Barat, Malang, dan Ternate. “Sedangkan untuk Malaysia, Singapura, dan Filipina dilakukan oleh buyer,” imbuhnya.

Servis seperti tersebut di atas tidak hanya diberikan Rita kepada para distributor, tetapi juga kepada para konsumennya. “Terus menerus terkena air dan juga karena dimakan waktu, akan membuat warna cat memudar (bukan mengelupas, red.). Konsumen dapat meminta untuk dilakukan pengecatan ulang dengan charge 50 ribu hingga Rp100 ribu. Tapi, hal ini hanya boleh dilakukan setelah enam bulan curug gentong itu dibeli,” katanya. Selain itu, bila konsumen sudah bosan dengan model curug gentongnya, mereka dapat menggantinya dengan menukar tambah sebesar Rp50 ribu. “Syaratnya, barang tidak dalam kondisi rusak atau cacat,” lanjutnya.

Rita yang dalam bisnis ini dibantu suami dan lima karyawan freelance yang masing-masing dibayar Rp100 ribu/minggu, juga membuat miniatur taman berikut air terjunnya untuk digantung dengan media kayu, sehingga mirip dengan lukisan. Selain itu, juga membuat taman dan air terjun mini di dalam pot bonsai, kaleng biskuit, dan guci. “Karena saya belum mempunyai outlet, konsumen yang ingin membeli atau memesan curug gentong sesuai dengan model yang mereka inginkan, dapat langsung datang ke home industry saya di kawasan Pancoran Mas, Depok,” ucap wanita yang dalam waktu dekat berencana membuka gerai di Batam.

Analisa Bisnis Curug Gentong (per 50 gentong)

Biaya Bahan Baku
50 gentong Rp. 1.000.000,-
Biaya Produksi
5 tenaga kerja @ Rp100.000,- Rp. 500.000,- +
Total Rp. 1.500.000,-

Hasil Penjualan
50 gentong @ Rp100.000,- Rp. 5.000.000.- -
Laba kotor Rp. 3.500.000,-

Catatan: Laba kotor ini hanya didapat dari penjualan, tidak termasuk pemesanan produk. Harga per gentong diambil dari harga yang paling rendah yaitu Rp100 ribu.


Sekolah Gokart, Cetak Para Pembalap Indonesia



Bagi seseorang yang bercita-cita menjadi pembalap profesional, arena gokart bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkannya.

Gokart atau lebih dikenal dengan sebutan karting sudah diminati di Indonesia sejak diperkenalkan pada akhir 60-an oleh Hengky Irawan. Di Jakarta sendiri mulai menjadi pusat olah raga karting pada tahun 80-an. Dalam perkembangannya, olah raga karting jadi ajang sonsor oleh perusahaan-perusahaan bahkan mereka melibatkan diri secara langsung dengan membentuk tim karting.
Untuk warga kota Jakarta, arena penyewaan karting bukan sesuatu yang baru lagi. Tempat yang khusus dirancang untuk menyalurkan hobby layaknya pembalap professional ini pun menjadi hiburan tersendiri disela-sela padatnya rutinitas sehari-hari. Dari latar belakang itulah, Speedy Karting diperkenalkan. “Ide mendirikan gokart ini sudah lama saya pendam. Sewaktu duduk di bangku SD, sekitar tahun 72-an, saya senang melihat sepak terjang Almarhum Hengky Irawan memperkenalkan karting, dan langsung tertarik,” kenang Djembar Kartasasmita, pemilik Speedy Karting.


Ia menambahkan, sebagai anak laki-laki yang umumnya menyukai otomotif mobil dan sejenisnya, Djembar pun tertarik untuk melanjutkan ke arena balapan. “Saat itu, hiburan belum banyak hanya film-film bioskop saja. Nah, di Jakarta Theater ada arena karting. Akhirnya, saya bilang ke ayah ingin ikut balapan,” lanjutnya.
Kedekatan sang ayah dengan beberapa rekan di dunia karting pun memicu naluri bisnisnya untuk membuat tempat penyewaan karting. Namun, tak mudah untuk mewujudkan bisnis tersebut. Dengan cerita lalu, Almarhum Hengky Irawan yang meninggal akibat kecelakaan karting memberikan pertimbangan sendiri baginya.

Semula bisnisnya ini hanya untuk penyaluran hobby di dunia balap saja. Menyadari bertambahnya usia dan dirasakan tidak mungkin mengikuti ajang balapan, ia pun memberikan fasilitas bagi kedua putranya untuk terjun balapan dengan membeli mobil gokart. “Putra pertama saya ternyata tidak memiliki bakat dan akhirnya mundur. Tetapi putra kedua saya mahir dan serius, satu mobil gokart berkisar Rp 50 juta ,” ungkap ayah dari Kevin dan Kenny.
Dreams come true, itulah yang terjadi, keinginan lama Djembar terwujud. Arena penyewaan karting miliknya bisa dinikmati pecinta balapan di Hanggar Teras, Jakarta Selatan. Di lahan seluas 3000 M2, di bawah bendera Speedy Karting unit mobil gokart yang terbagi menjadi tiga kategori kecepatan. “Untuk anak dan pemula mesin gokart berkekuatan 100, kemudian naik 200 sampai 270. Jadi bisa ngebut,” promosi lulusan Philippine Christian University. Selain itu, Speedy Gokart dilengkapi dengan kafetaria, D’kart shop, ruang tunggu dan toilet.

Bila menilik sejarah, sebelumnya arena olahraga seperti ini sudah ada. “Arena penyewaan gokart sudah ada di Jakarta, seperti “Jakart” yang merupakan penyewaan karting pertama di Jakarta. Sekarang ini pun banyak para pemain di bisnis penyewaan gokart tetapi terkadang sifatnya tidak permanen dan berpindah-pindah tempat atau bahkan bangkrut,” tutur pria yang tetap eksis bisnis gokart sejak Desember 2001.

Di Speedy Karting sendiri, harga yang ditawarkan ternyata tak terlalu merogoh kocek. Cukup mengeluarkan uang senilai Rp 25 ribu selama lima menit atau Rp 30 ribu untuk waktu tertentu, seperti sore hari. “Memang jika dihitung dengan waktu yang singkat sepertinya terasa mahal. Tapi coba deh, pasti terasa ada kepuasan tersendiri. Di Speedy Karting menantang adrenalin anda,” kata pria yang enggan menyebutkan omset bisnisnya tersebut.
Ia pun menyadari, meski sudah memiliki 20 mobil gokart, bisnis penyewaan gokart sifatnya income-nya tidak dapat dipastikan. Ditambah kendala yang menargetkan segmen penyewa, biasanya orang-orang pecinta balapan saja yang melirik hiburan karting, atau orang yang menyukai tantangan. Belum lagi, masih sedikitnya sosialisasi di masyarakat terhadap olah raga karting ini. “Waktu itu saya investasi sekitar 1 milyar dan kembali selama 4 tahun. Tahun pertama saja yang mendongkrak hingga mencapai 1000 costumers per bulan,” ungkapnya.

Lantas mengapa Speedy Karting masih berdiri kokoh? Bahkan kini memiliki Speedy Karting kedua di bilangan Karawaci. “Speedy Karting mengutamakan keinginan costumers. Kelebihan lain yang dimiliki adalah arena balapan yang beralas semen sehingga ban karting tidak mudah aus. Ditambah adanya perlengkapan penunjang keamanan seperti helm, jaket dan sarung tangan, serta adanya para Marshall (instruktur, red) untuk kemudahan khususnya bagi pemula,” lanjut istri Farina. Tak hanya itu, Speedy Karting pun memberikan wewenang bagi costumers jika ingin merombak rute arena balapan. Biasanya, costumers sudah hapal jadwal perombakan yang dilakukan dua bulan sekali.

Djembar pun memiliki keinginan, setidaknya bisnis yang dibangunnya bisa menjadi cikal bakal para pembalap profesional di Indonesia. Dengan memiliki 20 unit mobil gokart dan 20 orang lulusan Speedy Karting yang terjun ke dunia balap profesional. Jika bermunculan ‘Speedy Karting’ lainnya, rasanya tak sulit menciptakan generasi pembalap seperti Moreno Suprapto atau pun sekelas Michael Schumacher!.


Atilla setia mendampingi pengantin


Pada dasarnya, setiap orang dapat menjalankan bisnis yang sama. Tapi, dalam perjalanannya, tak semuanya mampu bertahan dari gempuran berbagai masalah yang muncul. Ada yang langsung ngambek dan akhirnya putus di tengah jalan. Ada pula yang banting setir dengan mengikuti tren atau selera pasar, sehingga menghilangkan ciri khas produknya. Faktanya, kiat ini tidak selalu jitu, malah membuat bisnis tidak fokus dan konsumen setia berpaling karena bi-ngung tidak lagi mendapatkan produk favorit mereka. *

“Mungkin, inilah yang membedakan saya yang sampai sekarang masih eksis di bisnis kotak dan boks hantaran perkawinan dengan para pebisnis produk sejenis, meski sudah hampir 20 tahun berkutat di sini. Saya selalu fokus pada produk saya, walau kondisinya sedang naik turun,” kata Atilla, produsen kotak dan boks hantaran perkawinan berlabel Atilla.
Saat sedang sepi order, ia melanjutkan, jangan terpengaruh tren. “Tapi, galilah ide dan kreativitas sehingga muncul semangat dan optimisme lagi. Selain itu, juga memperbaiki pemasaran. Di akhir tahun menghubungi jaringan dan menawarkan produk dengan harga produsen. Pokoknya, jemput bola dan selalu berkreasi,” jelasnya. Ketika sedang ramai order, terimalah semua pesanan dan berusaha keras memenuhi semua pesanan itu. “Kalau perlu, kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Ingat! Kesempatan emas tidak pernah datang dua kali. Jika dibiarkan, ia akan berlalu begitu saja, apalagi persaingan di bidang ini ketat sekali,” imbuhnya.

Bisnis pembuatan kotak dan boks hantaran perkawinan, ia menambahkan, mempunyai prospek yang sangat bagus. Sebab, pasarnya sudah jelas dan banyak orang (dari berbagai kalangan) membutuhkan produk semacam ini. “Bukankah selama manusia itu masih hidup, maka selama itu pula perkawinan akan selalu ada. Di sisi lain, produk ini juga dapat beralih fungsi sebagai tempat apa pun, ketika fungsi utamanya sudah berakhir. Jadi, di sini tidak dikenal musim panen atau musim paceklik,” katanya.
Dengan demikian, harap maklum bila persaingan di bisnis ini dikatakan sangat ketat. Bagaimana kiat bertahan? “Saya tidak pernah memusingkan masalah persaingan. Karena, setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu sama lain. Saya tidak bisa menggiring mereka agar selalu menyukai produk saya. Yang bisa saya lakukan hanya merengkuh jaringan seluas mungkin, dengan melayani konsumen sebaik mungkin dan membuatkan barang sesuai dengan keinginan mereka, dengan sesedikit mungkin masukan,” tambahnya.

Kebetulan kotak dan boks hantaran perkawinan Atilla yang berkonsep etnik ini, digemari konsumen. Produk yang ditawarkan dengan harga Rp25 ribu sampai Rp165 ribu dengan ukuran 25 cm x 25 cm hingga 50 cm x 60 cm ini, memang didesain dengan warna khas yaitu cokelat kusam dengan hiasan bunga kering dan aneka hiasan lain. Tapi, tidak berarti bisnis yang dibangun dengan modal awal Rp375 ribu ini, menolak pesanan dengan warna-warna ngejreng atau dari pelaku bisnis sejenis yang lalu menjual lagi produk tersebut, dengan mengganti labelnya atau telak-telak mengklaimnya sebagai produk buatan mereka. “Bagi Atilla, itu nggak masalah, sebab sudah beli putus,” ujarnya.

Mengikuti selera pasar, ia melanjutkan, tidak berarti pula strategi yang salah. Selain terus memproduksi boks dan kotak hantaran dalam aneka bentuk, ukuran, bahan, desain, warna, model, dan hiasan, Atilla juga terus membuat model kotak dan boks hantaran yang sama, selama konsumen masih menggemarinya. “Kadangkala gonta-ganti model atau terlalu cepat ganti model, malah membingungkan konsumen,” kilahnya.
Di samping itu, Atilla yang menjalankan bisnis ini dari bawah banget selalu siap dengan berbagai strategi, bila nantinya menghadapi masalah. “Jam terbang (baca: pengalaman) itu penting. Orang harus melewati satu demi satu jam terbang untuk membentuk mental. Mental yang kuat itu penting dalam bisnis apa pun, bukan cuma modal, keterampilan, dan jaringan,” ucapnya.

Saat lebaran, misalnya, itulah timingnya. Jika momen ini tidak dimanfaatkan, lewatlah sudah peluang itu. Sebab, Januari–Februari merupakan bulan-bulan yang sepi order. “Jadi, kalau pas banyak order, kami ambil kesempatan itu sehingga ketika mengalami sepi order, kami masih tetap dapat menjalankan bisnis ini. Karena, omset yang kami raup kala ramai order dapat kami jadikan modal untuk terus ‘berjalan’ di tahun berikutnya. Tapi, jangan diartikan ini aji mumpung, melainkan hanya memanfaatkan peluang tanpa menanggalkan kualitas produksi. Quality control tetap harus selalu dijaga untuk menghindari kekecewaan dan kemarahan pelanggan,” ujarnya.

Dalam home industry-nya yang seluas 500 m² di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dalam sehari 15 karyawan Atilla mampu membuat minimal 40 boks dan kotak hantaran. Di samping itu, melalui dua gerainya, dalam kondisi sepi Atilla menjual 10 kotak dan boks hantaran per bulan dan sembilan buah/hari atau 50 buah/minggu saat ramai, serta menerima pesanan dari 5–6 pelanggan yang masing-masing memesan minimal sembilan kotak atau boks. “Omset saya per bulan Rp10 juta–Rp15 juta per bulan,” imbuhnya. Bisnis yang “basah”, bukan?

Supaya Kaum Dhuafa Bisa Menerima Haknya




Dana yang diperuntukkan kaum miskin, zakat, infaq ataupun apapun namanya, seringkali meleset dari sasaran. Memperbaiki kondisi seperti ini merupakan salah satu kontribusi Rumah Zakat Indonesia (RZI). Russanti Lubis

Ke mana ya larinya dana zakat, infaq, atau sedekah yang kita berikan? Meski cuma selintas, tentu pertanyaan semacam ini pernah muncul di dalam hati atau benak kita. Apalagi, kita mengetahui dengan pasti bahwa pengertian kaum dhuafa di Indonesia ini masih rancu, sehingga mereka yang seharusnya berhak atas dana tersebut justru tidak menerima, sebaliknya yang seharusnya tidak menerima malah mendapat berlipat-lipat.

Di sisi lain, juga muncul pertanyaan apakah tempat-tempat kita biasa menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah itu sudah layak untuk menyalurkannya? Kalau iya, lalu untuk apa lagi dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS)? Sekadar informasi, menurut Undang-Undang No. 38/1999 (undang-undang tentang pengelolaan zakat, red.) terdapat dua lembaga yang mengelola zakat yaitu BAZNAS yang dikelola oleh pemerintah dan LAZNAS yang berstatus lembaga swadaya masyarakat (LSM). Saat ini diperkirakan terdapat 400 LAZNAS, salah satunya yaitu Rumah Zakat Indonesia (RZI).

Begitu banyaknya LSM semacam ini di bumi nusantara, tentu akan menimbulkan pertanyaan baru lagi yaitu apakah ini sebuah “bisnis” baru yang basah. “Bukan! Kami hanyalah jembatan antara si kaya dengan si miskin. Ibarat pajak dalam struktur kenegaraan, dalam struktur keagamaan juga terdapat keharusan bagi pihak-pihak tertentu untuk mengeluarkan sebagian harta mereka yang disebut zakat, infaq, dan sedekah. Agar ‘pajak’ ini dapat disalurkan dengan cara dan kepada orang yang benar, sehingga si penerima lambat laun akan meningkat taraf hidup mereka atau tidak akan menjadi penerima selamanya, di situlah kami berada dan bertugas,” jelas Virda Dimas Ekaputra, Chief Executive Officer RZI.
Namun, Virda tak menampik bila LSM semacam ini dipersepsikan sebagai “bisnis” yang basah mengingat menurut peraturan para ulama fiqih, setiap LAZNAS diperkenankan mengambil 12,5% dari dana yang dihimpun untuk membiayai karyawan, operasional, dan pengembangan lembaga. “Bebas pajak lagi, karena semua program yang ditawarkan kepada masyarakat itu gratis,” kata pria yang membawahi 430 karyawan ini. Sekadar informasi, RZI yang pada awal berdirinya (1998) di Bandung merupakan lembaga sosial yang konseren pada bantuan kemanusiaan dengan nama Dompet Sosial Ummul Quro, tahun lalu mampu menghimpun dana sebesar Rp54 milyar.
Di satu sisi, ia melanjutkan, dulu zakat yang diberikan masyarakat tidak difasilitasi oleh lembaga tertentu, hanya dilakukan oleh baitul mal. Di sisi lain, menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak juga tidak dilarang, meski lebih baik bila disalurkan ke lembaga yang berwenang. “Apakah lembaga tersebut dapat dipercaya atau tidak tergantung kepada bagaimana lembaga tersebut membangun citranya,” katanya.

RZI yang mulai tahun 2000 melakukan pemekaran dengan membuka cabang di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Tangerang, Pekanbaru, Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam, dan Semarang, tidak pernah meminta zakat, infaq, atau sedekah kepada masyarakat, tetapi membuat berbagai program dan kemudian menawarkannya kepada mereka untuk didanai. “Selanjutnya, kami melaporkan berapa banyak dana yang telah mereka sumbangkan dan untuk apa saja, lewat situs pribadi atau majalah in house yang kami terbitkan secara berkala,” ujarnya. LSM yang memiliki lebih dari 41.000 donatur yang tersebar ke seluruh penjuru tanah air, Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, Amerika, dan Timur Tengah ini menawarkan dana terikat di mana donatur akan memilih salah satu atau beberapa program yang ditawarkan untuk didanai. Juga dana tak terikat di mana donatur akan menyerahkan sepenuhnya pengelolaan dananya kepada lembaga yang didirikan oleh Abu Syauqi dan rekan-rekannya ini.

Program-program yang digulirkan RZI mencakup EduCare (beasiswa SD–SMA, Kids Learning Centre, Pelatihan & Pengembangan Potensi Anak, dan Sekolah Juara), HealthCare (rumah bersalin gratis, mobil jenazah gratis, mobil klinik keliling gratis, dan lain-lain), YouthCare (pengembangan kepemudaan atau relawan dalam program Siaga Sehat dan Siaga Bencana), dan EcoCare (layanan pembinaan UKM melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah). “Total hingga Mei 2007, lewat program-program ini sekitar 100.000 orang telah terbantu!” tegasnya.
Lantas, siapa yang berhak mendapat zakat, infaq, atau sedekah ini? “Kami membuat batasan tentang siapa yang dikategorikan kaum dhuafa, berdasarkan upah minimum propinsi (UMP). Bagi anggota masyarakat yang berpenghasilan kurang dari 50% UMP kami kategorikan fakir, sedangkan bagi mereka yang berpendapatan lebih dari 50% tetapi kurang dari 100% UMP kami golongkan miskin. Untuk mengetahui dengan pasti apakah mereka benar-benar fakir miskin, sehingga dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang kami sediakan secara gratis, kami melakukan semacam survai. Di sisi lain, siapa pun diperbolehkan menggunakan berbagai fasilitas kami tanpa memandang SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan, red.). Sebab, inti dari zakat, infaq, dan sedekah adalah berbagi. Berbagi dapat dilakukan oleh siapa pun dan untuk siapa pun,” jelasnya.

Ke depannya, RZI yang memiliki fasilitas layanan jemput zakat gratis, autodebet, transfer via ATM, autozakat (bayar zakat via sms berbasis kartu kredit, red.), sms donasi, konsultasi zakat dan keislaman via sms center, Z-report (laporan rekam transaksi yang bisa dilihat secara online di website, red.) berencana hadir di kota-kota besar, khususnya di kawasan timur Indonesia. Selain itu, mendirikan rumah bersalin gratis dan lembaga keuangan Mikro Syariah di 10 kota besar.
Lembaga keuangan ini memberi tambahan modal kepada para pengusaha UKM sebesar Rp500 ribu hingga Rp25 juta. “Kami juga sedang berkampanye tentang kesadaran berzakat (baca: berbagi, red.) sebagai sebuah gaya hidup,” ucapnya. Selama ini kita menjalani gaya hidup duniawi, agar terjadi keseimbangan hidup, apa salahnya kita pun menjalani gaya hidup yang bersifat akhirati. Jadi, yuk berbagi.

Membangun Bisnis Berdasarkan Ikatan Kekeluargaan


Ketiga kakak beradik, Himawan Edi dan Susi mencoba membangun bisnis bersama lewat hobi dan persaudaraan. Meski baru berusia muda, perusahaan yang dibangun tersebut melejit dan sukses menggaet customer.

Pernahkah Anda mengenal perusahaan jasa angkutan darat AKAS? Saya yakin sebagian besar pembaca majalah ini mengenalnya. Perusahaan bis yang berpusat di Probolinggo, Jatim ini termasuk salah perusahaan otobis terbesar di Tanah Indonesia dengan jumlah armada ribuan bus yang melayani rute dari Jakarta hingga Denpasar. AKAS demikian populernya di Jatim, sehingga telah menjadi ikon bisnis kota pantai tersebut. AKAS didirikan oleh empat kakak beradik yang memiliki hobi sama yakni berbisnis angkutan darat. Lewat tangan-tangan trampil mereka, bisnis yang telah digeluti puluhan tahun ini tumbuh dan berkembang dengan besar.


Kita tidak membicarakan tentang AKAS. Perusahaan itu adalah salah satu contoh keberhasilan bisnis yang dilakukan oleh kakak beradik. Selain AKAS, masih banyak contoh keberhasilan yang dibangun berdasarkan ikatan kekerabatan. Namun, banyak perusahaan yang dibangun oleh saudara atau kakak beradik, akhirnya kandas sebelum perusahaan itu berkembang besar.

Himawan, Susi dan Edi Surya Samudra, ketiga pebisnis muda yang mencoba membangun sebuah bisnis berdasarkan ikatan kekeluargaan. Ketiga kakak beradik tersebut memiliki hobi yang sama yakni traveling. Dari hobi inilah kemudian ketiganya sepakat membuat bisnis agency dan ticketing. Dengan dibantu oleh salah satu adik iparnya, Novi Arie, mereka sepakat membeli TX Travel, salah satu waralaba travel terkemuka di Tanah Air.
Sebelum terjun ke bisnis agency, baik Himawan, Susi dan Edi telah memiliki bisnis sendiri-sendiri. Susi, memiliki bisnis toko pakaian. Himawan, trading dan Edi supplier. Lalu, mereka sepakat membuat bisnis yang sesuai dengan hobi mereka. Dengan modal patungan, masing-masing memiliki saham yang sama, mereka membeli waralaba TX Travel dan membuka gerai di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan.
Edi, mengurusi masalah operasionalisasi perusahaan. Sedangkan Susi di bagian keuangan. Himawan dan Novi bagian marketing. Novi, yang memiliki jaringan luas dilibatkan dalam bisnis ini. Sebelumnya, dia pernah bekerja sebagai tourist guide.

TX Travel Plaza Semanggi, belum berjalan dua tahun. Namun, ditangan ketiga bersaudara ini cukup pesat perkembangannya. Customernya beragam, mulai dari karyawan kantor dan professional, mahasiswa hingga ibu-ibu arisan. “Pernah ada sekelompok ibu-ibu yang memesan beberapa tiket untuk kapal pesiar,” kata Novie, yang mewakili ketiga kakak-beradik tersebut.
Sebagai tenaga marketing, baik Novie mapun Himawan tak jarang turun langsung melakukan pendekatan personal (personal approach). Cara ini lebih efektif ketimbang menggunakan brosur promosi maupun pameran. Himawan, misalnya, selain melakukan pendekatan ke para professional, juga mengikuti beberapa kelompok studi yang banyak dilakukan oleh kaun cendekia. Sementara Novie, yang pernah bekerja di lingkungan Guruh Soekarnoputra, banyak memiliki jalur dengan para artis dan selebritis. Didukung dengan manajerial yang bagus, akhirnya perusahaan ini telah memiliki dua cabang penjualan—meski masih di Plaza Semanggi.

Ke depan, baik Himawan, Susi, Edi maupun Novie, tidak hanya berkutat pada bisnis agency saja. Bisnis yang lain akan diterjuni juga, dan untuk sementara juga tak jauh dari bisnis perjalanan wisata. “Kami memang baru berkonsentrasi disini. Namun, tak menutup kemungkinan akan terjun ke bisnis yang lain jika memungkinkan,” ujar Novie.
Novie, mengakui memang tidak mudah mengelola bisnis secara bersama-sama, kendati itu bersaudara. Friksi kecil memang sering terjadi. Tapi tak berkembang kearah yang lebih besar. Segala sesuatunya bisa selesaikan dengan musyawarah. Dan, untungnya lagi, selain saudara, mereka masing-masing memiliki kemampuan yang bisa memahami kekurangan masing-masing. “Kalau tidak kami sudah bubar dari dulu,” ungkapnya.


Petani Madani, Memberdayakan Para Petani

Petani posisinya berada di paling depan dalam memproduksi padi. Tetapi nasibnya selalu berada di paling belakang. Paguyuban Petani Madani melakukan berbagai terobosan untuk bisa mengangkat derajat kesejahteraan petani. Agnes de Savitri

Akhir - akhir ini, pemberitaan di berbagai media massa banyak mmperbincangkan teknologi pertanian alternatif tanpa pupuk kimia. Ini bisa dimaklumi setelah sekian lama sejak dasawarsa 80-an sampai sekarang penggunaan pupuk kimia justru semakin tidak menguntungkan, baik dari sisi ekonomi, keseimbangan alam, maupun kesehatan manusia.
Berbagai teknologi pertanian alternatif diketemukan oleh berbagai orang dari berbagai latar belakang pendidikan. Tentu saja kelebihan dari teknologi pertanian ini juga beragam. Selain memaparkan banyak keuntungan, sebenarnya beberapa di antaranya ditengarai memberikan dampak akhir yang kurang baik karena justru dapat merusak lingkungan jauh lebih parah dan dalam kurun waktu lebih singkat dibanding dengan penggunaan pupuk kimia. Namun demikian, temuan – temuan baru tersebut cukup menggembirakan karena membuktikan meningkatnya perhatian bangsa ini pada bidang pertanian yang notabene seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi bangsa ini. Bukan saja media massa yang memberikan perhatian ekstra, pemerintah pun rupanya semakin antusias.


Salah satu kelompok tani yang telah lama secara konsisten mengembangkan teknologi pertanian tanpa pupuk kimia adalah Paguyuban Tani Madani. Kelompok tani ini telah mengembangkan industri pertanian organik sejak tahun 2000 dan saat ini anggotanya telah menyebar di 200 kota di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota kurang lebih 6% dari jumlah petani Indonesia. Di Jawa Timur khususnya, jumlah anggota Paguyuban Tani Madani ini mencapai 700.000 orang, dan di Indonesia lebih dari 1.000.000 orang.
Menurut Budiono Sp, MM.penemu, pendiri, sekaligus motor dari paguyuban tersebut, alih teknologi ini diawali dari keprihatinannya menyaksikan semakin tingginya harga pupuk kimia, di mana petani sangat bergantung pada keberadaan atau ketersediaan pupuk tersebut. Jika terjadi kelangkaan pupuk, maka petani akan mati suri tidak sanggup lagi mengolah tanahnya. Acapkali kelangkaan pupuk ini terjadi karena kesengajaan oknum – oknum tertentu yang ingin mengambil kuntungan berlebih. Apabila pupuk tersedia, harganya pun melambung tinggi. Saat panen berlimpah, harga pun anjlok hingga biaya produksi tak lagi tertutupi. Petani juga tidak tahu bagaimana menyalurkan hasil produksi mereka. Kalaupun pupuk dan pasar memadai , petani dirugikan oleh semakin memburuknya kwalitas tanah, sehingga biaya produksi untuk mengolah tanah pun semakin tinggi. Pendek kata, apapun sebab dan kondisinya, petani selalu dirugikan.

Sejak tahun 1993 Budiono mengembangkan riset / penelitian ilmiah dan menemukan formula dasar / formula inti berbahan dasar tumbuh – tumbuhan. Dari formula inti inilah nantinya setiap petani bisa membuat pupuk atau formula lain yang diperlukan sesuai dengan kebutuhannya baik di bidang pertanian, perikanan, maupun peternakan. Sampai saat ini formula yang dikembangkan bisa mencapai 13 formula, 10 diantaranya formula organik, sedangkan 3 di antaranya adalah formula semi organik. Adapun bahan baku formua inti tersebut menggunakan bahan – bahan alami yaitu : akar – akaran , biji – bijian, buah, pucuk tunas tumbuh – tumbuhan, serbuk sari bunga, glucose, madu, extract cambah, dan air kelapa.

Tidak seperti pada penggunaaan pupuk lainnya baik itu pupuk kimia maupun pupuk organik, anggota Paguyuban Petani Madani tidak menjadi bergantung pada pengadaan pupuk, namun mereka bisa membuat sendiri setelah mendapatkan pelatihan. Jadi pada prinsipnya para petani dididik agar mandiri, sehingga mereka tidak lagi kesulitan dalam mengembangkan produktivitas. Selain mudahnya mendapat bahan baku, dan transfer teknologi, pupuk organik inti atau yang biasa dikenal dengan nama BML ( Bio Master Tani ) atau RML ( Ramah Lingkungan Madani ) ini, petani juga dibantu dari sisi pemasaran, baik itu pangsa pasarnya, manajemen, maupun promosinya. “Misi kami memang ekonomi kerakyatan. Para calon petani atau petani yang berminat, atau siapa pun yang ingin berkecimpung daam bidang bisnis pertanian, dibina oleh konsultan / kader madani lainnya yang telah lebih dahulu menjadi petani madani, di mana mereka pada akhirnya akan menjadi petani – petani yang mandiri, tidak bergantung pada pupuk pasokan pabrik tertentu, dan mereka juga dapat membina teman – teman baru lainnya.” tutur Budiono menjelaskan tentang kelompok tani yang dipimpinnya.

Memang selain petani, ataupun calon petani, Budiono menegaskan juga sanggup membina siapa pun yang tertarik untuk menggeluti bidang industri pertanian, perikanan dan peternaan yang berbasis organik. Pendampingan tersebut bersifat sangat lokal. Artinya, meskipun tanah pertanian yang dikelola terdapat dalam suatu daerah, namun perlakuan terhadap tanah maupun tanaman berbeda – beda, tergantung pada hasil analisis tanah / tanaman yang dilakukan. Imbalan yang diminta pun tidak mahal hanya Rp. 35.000,- / analisis. Pada saat pertanian sudah berjalan dan petani sudah bisa mandiri, mereka cukup membayar royalty produksi Rp. 750,- / liter.
Budiono, yang memulai langkahnya dari kota Batu – Jawa Timur ini, mengungkapkan salah satu petani binaannya yang beralih , menjadi Petani Madani yaitu Bapak Haji Ibrahim di Besuki Situbondo, pernah mengalami serangan penyakit tongrow 75% pada tanaman padinya jenis Ir.64 pada saat menggunakan pupuk kimia, sudah tidak diharapkan alias puso ( umur 43 hari ). Namun kemudian, melalui upaya yang intensif padi tersebut dapat diselamatkan dan dipanen pada usia 97 hari dengan hasil mencapai 4,5 ton.

Peluang bertani organic saat ini memang semakin meningkat. Terbukti semakin meningkatnya permintaan baik dari pasar dalam maupun luar negeri, baik berupa beras, sayur, buah, bunga udang, juga ikan. “Kami cukup bangga karena produk kelompok kami dicicipi oleh Bapak Presiden saat beliau melakukan kunjungan ke Batu. Setelah itu, kami diperkenankan memasok buah untuk pesta pernikahan putra beliau, termasuk memasok untuk suguhan tamu – tamu Negara “ ungkap Budiono. “Selain itu beberapa produk kelompok kami merupakan produk juara nasional “ tambah Budiono lagi. Memang selain memasok berabagi produk organic untuk pasar dalam negeri, produk pertanian Paguyuban Petani adani ini telah eksport ke berbagai negara, diantaranya Jepang untuk eksport udang, padahal hampir semua eksportir tahu memasok udang ke Jepang syarat – syarat yang harus dipenuhi paling berat. Namun hampir semua produk Paguyuban Petani Madani memang telah diakui oleh badan international. “Produk kami sudah dikenal di luar ngeri. Bahkan sertifikasi terbitan kami selain diakui secara nasional, juga diakui oleh HCCPL untuk pasar USA , dan IOFAM untuk tingkat Intrnational” tutur Budiono. Meskipun sudah memiliki jaringan yang luas Budinono masih terus mmbuka peluang bagi siapa saja yang berminat untuk bergabung baik dari sisi produksi sebagai petani, maupun sebagai pedagang dan eksportir.

Beberapa keunggulan produksi Petani Madani ini adalah sebagai berikut : ( contoh pada Padi ) :
1. anakan padi 40 – 112 anakan / rumpun
2. umur 14 hari beranak 5 – 10 anakan / rumpun
3. daun langsung hijau tidak menguning
4. lahan sehat serangan tikus, sundep, asem – aseman, tongrow dapat dikendalikan.
5. satu untai padi 226 – 315 bulir ( biasanya 170 – 215 bulir )
6. gabah (GKG ) bernas 100 kg jadi beras 60 – 73 kg
7. hasil panen normal 7,7 – 10,5 ton / Ha dengan benih padi Ir. 64
8. rasa nasi pulen, tidak cepat keras dan tidak menguning selama 3 – 4 hari dalam majig jar.
9. lahan kembali sehat, penerapan 1 pupuk kimia sintetis 50% dari biasanya, selanjutnya 20% - 30% dari biasanya, Hingga pada akhirnya tanpa pupuk kimia sama sekali / murni organik.


Tiktok, Buah Perkawinan Silang Warga Unggas


Itik jantan kawin dengan entok betina sudah lumrah. Tetapi perlu teknik tersendiri untuk mengawinkan itik betina dengan entok jantan yang melahirkan tiktok ini

Russanti Lubis
Tiktok, apaan tuh? Bunyi jamkah? Bukan, melainkan anak hasil kawin suntik antara itik betina dengan entok jantan. Mungkin bagi sebagian masyarakat kita, nama ini terdengar asing. Tetapi, akan terdengar akrab di telinga, jika kita menyebut nama lainnya yaitu serati, beranti, togri, ritog, tongki, atau mandalung. Di samping itu, perkawinan antara itik dengan entok juga bukan sesuatu yang aneh, sebab di alam perkawinan antara itik jantan dengan entok betina sering terjadi.


“Kebetulan kromosom (sel pembawa sifat, red.) mereka sama jumlahnya, sehingga dalam perkawinan tersebut sangat mungkin terjadi pembuahan. Tetapi, anak yang dilahirkan akan steril atau mandul. Di sisi lain, bobot tubuh entok betina lebih ringan daripada entok jantan, seukuran itiklah,” jelas Falinus Simanjuntak, pencetus istilah Tiktok.

Namun, pria yang akrab disapa Linus ini melanjutkan, berbeda dengan tiktok yang merupakan hasil perkawinan antara entok jantan dengan itik betina. Perkawinan ini sebenarnya impossible terjadi, mengingat ukuran dan bobot entok jantan yang jauh lebih besar dan berat daripada itik betina. Karena itu, dilakukan dengan kawin suntik (artificial insemination). Di samping itu, perkawinan antara entok jantan (rata-rata berbobot 5 kg) dengan itik betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) akan menghasilkan tiktok seberat minimal 3 kg. Sedangkan perkawinan entok betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) dengan itik jantan (rata-rata berbobot 1 kg) hanya akan menghasilkan bebek salah-salah, begitu istilah yang digunakan masyarakat Tanjung Balai, seberat 1 kg.

Bebek betina akan bertelur selama tiga hingga empat bulan. Telur-telur yang dihasilkan bebek betina yang telah disuntik sperma entok, tetap dianggap sebagai telur bebek. Karena selama ini bebek selalu diternakkan, maka mereka sudah “lupa” caranya mengerami sehingga harus dibantu dengan mesin tetas. Uniknya, bila telur bebek menetas setelah 28 hari “dierami” dan telur entok menetas pada hari ke-35, maka tiktok akan menetas pada hari ke-32 (28 hari + 35 hari = 63 hari : 2). “Jika diberi makan makanan yang berkualitas, induk tiktok ini mampu berproduksi hingga 70% (120 hari x 70% = 84 butir),” kata mantan Direktur Kebun Binatang Ragunan ini.

Perlu diketahui, itik betina mampu bertelur sejak berumur enam bulan sampai berumur 2,5 tahun. Pada tahun pertama, mereka mampu menghasilkan 90% (100 butir). Tetapi, setelah berumur lebih dari 2,5 tahun, produksi telurnya akan menurun hingga 20% (24 butir). “Biasanya, saat produksi telurnya menurun 40% hingga 20%, di kalangan peternak berarti tanda bahwa masa hidupnya harus diakhiri. The time is up,” imbuhnya.

Dalam budidaya tiktok, ia menambahkan, tidak harus menggunakan bebek dan entok jenis tertentu, tetapi yang berasal dari bibit unggul, sehingga dagingnya mulus dan tampak bagus. “Saya sarankan kalau bisa tiktoknya berbulu putih mulus. Sebab, dagingnya yang juga putih mulus akan tampak lebih menarik bagi konsumen. Hal ini hanya akan terjadi bila yang dikawinkan adalah entok jantan dan bebek betina yang keduanya berbulu putih. Saat ini, saya sedang mengawinkan bebek Peking (yang pada dasarnya memang berbulu putih dan berukuran besar) dengan bebek biasa (kalau bisa bebek Alabio), sehingga nantinya akan dihasilkan Peking Alabio atau Peking lokal dengan aneka macam warna. Setidaknya, Peking lokal ini memiliki 50% gen bulu putih. Selanjutnya, Peking lokal betina dikawinkan dengan entok jantan berbulu putih, sehingga lahirlah tiktok yang cenderung berbulu putih mengingat mereka memiliki 75% gen bulu putih. Selain itu, daging mereka pun cenderung lebih besar,” ucap pemilik 400 bebek dan 40 entok ini.

Selain mempunyai daging yang besar, tiktok juga rendah lemak (hanya 1% di bagian dada dan 1,5 % di bagian paha sedangkan ayam broiler 1,3% di bagian dada dan 6,8% di bagian paha, red.) dan pemakan segalanya sehingga cost production-nya pun rendah. “Dagingnya lebih enak dan empuk daripada daging ayam atau bebek,” ujar Linus yang secara rutin memasok tiktoknya ke rumah makan di kawasan Kemang dan Pancoran, serta menjual 100 ekor/minggu ke para petani di sekitar tempat tinggalnya yaitu Desa Bedahan, Sawangan, Depok.

Tiktok juga mewarisi daya tahan induknya terhadap berbagai virus yang menyerang unggas, virus flu burung misalnya. “Virus flu burung lebih banyak menyerang ayam dan burung puyuh, sedangkan pada itik tidak berpengaruh banyak. Dalam hal ini, bebek hanya sebagai reservoir, mediator, atau perantara ke pihak lain. Kondisi ini memudahkan para petani atau peternak untuk memeliharanya dan dalam skala kecil tidak akan berdampak kerugian apa pun,” imbuh Linus yang telah mengembangkan tiktok sejak tahun 2001. Nah, tunggu apa lagi.

Analisa bisnis budidaya tiktok periode dua bulan

Bagi Anda yang berminat membudidayakan tiktok, tapi tidak mau repot harus memulainya dari awal mengingat proses budidaya ini menelan biaya yang tidak sedikit dan memerlukan tenaga ahli dalam proses perkawinannya, dapat langsung dengan membeli anakan tiktok ke peternakannya, membesarkan hingga berumur dua bulan, dan lalu menjualnya. Untuk budidaya tiktok skala rumah tangga, berikut perhitungan bisnisnya:

Biaya sarana produksi
Pembelian DOT (Day Old Tiktok)
100 ekor tiktok umur sehari @ Rp5.500,- Rp 550.000,-

Pembelian pakan starter (500 gr/ekor)

Rp1.500,- (1 kg pakan = Rp3.000,-) x 100 ekor tiktok Rp 150.000,-

______________________

Rp 700.000,-

Harga jual tiktok umur dua bulan per ekor
Rp25.000,- x 90 ekor Rp2.250.000,-

(dengan asumsi kematian 5% atau 5 ekor)



Laba ( B-A) Rp1.550.000,-


NB. Dalam budidaya tiktok skala rumah tangga, tanpa kandang tidak masalah tetapi tiktok yang berumur sehari membutuhkan lampu berkekuatan 40 watt atau lampu minyak tanah hingga mereka berumur dua minggu, agar tubuh mereka selalu hangat. Selain itu, dalam perawatannya tidak memerlukan tenaga kerja atau dapat dikerjakan sendiri.

Boks 2

PATI: Leyeh-leyeh yang Menguntungkan

Ibarat sambil menyelam minum air, mandi, keramas, mencuci baju, dan sebagainya, begitulah tehnik membudidayakan padi, azolla (sumber nitrogren alternatif, red.), tiktok (anak hasil kawin suntik antara itik dengan entok, red.), dan ikan yang disingkat PATI ini. Dikatakan demikian, sebab dengan sistem PATI, seorang petani yang memiliki tanah (baca: sawah, red.), misalnya, seluas 1 ha, cukup mengeluarkan modal Rp15 juta untuk membeli padi dan membiayai pengolahannya. “Tapi, ia tidak perlu membeli pupuk dan obat pemberantas hama,” kata Falinus Simanjuntak. Selanjutnya, petani tersebut mengeluarkan biaya lagi sebesar Rp7 juta (normalnya Rp10 juta, red.) untuk membeli tiktok dan ikan. Hasilnya? “Berlipat ganda sekaligus membuat kita kembali ke alam dan bebas dari insektisida. Padahal, teknologinya sederhana dan modalnya relatif kecil,” jelas pria yang menemukan “teknologi” PATI ini pada tahun 2006.

Caranya, ia melanjutkan, masukkan tiktok yang telah berumur dua minggu ke sawah yang sudah ditanami padi. “Tiktok seumur itu sudah mampu mencari makan sendiri dan mereka akan memakan serangga apa pun yang terdapat di sini. Mereka juga akan matun (Jawa: membersihkan segala tanaman liar yang tumbuh di sawah, red.). Di sisi lain, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk oleh sang padi,” ujarnya. Setelah itu masukkan azolla yang berfungsi menyuburkan tanah, sehingga begitu padi selesai dipanen, sawah dapat segera ditanami kembali. “Imbasnya, kita memiliki tiga kali musim tanam dan panen dalam setahun (normalnya dua kali musim tanam dan panen dalam setahun, red.). Di sisi lain, azolla yang merupakan tumbuhan paku air mini ini juga dapat dijadikan makanan tiktok,” tambahnya. Terakhir, masukkan ikan yang akan memakan jentik-jentik di sawah. Sedangkan kotorannya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah.

“Hasil yang didapat petani meski tidak secara bersamaan karena masing-masing memiliki masa panen yang berbeda yaitu padi organik dengan hasil melimpah dan bagus, ikan-ikan yang tumbuh besar tanpa perlu diberi makan, dan tiktok yang telah siap dipotong. Sedangkan petaninya leyeh-leyeh (Jawa: santai, red.) saja,” tegasnya. Tidakkah Anda tergiur?




Prosfektif, Bisnis Bibit Buah-buahan Bersertifikat



Permintaan dari berbagai penjuru terus berdatangan. Begitu juga permintaan masyarakat akan buah impor. Berminat?
Russanti Lubis

Anda tentu sudah mengetahui kalau harga buah-buahan impor, seperti yang dijual di super market itu itu sangat mahal. Padahal, kalau Anda tahu, pohonnya sudah ditanam di negeri ini selama bertahun-tahun bahkan mungkin berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun lalu. Selain itu, penggarapnya pun petani dalam negeri. Jadi, sebenarnya sudah tidak bisa lagi dibilang buah-buahan asli impor, apalagi dijual semahal buah impor. Ironisnya, kehidupan para petaninya tidak seberuntung hasil garapannya.

Berlatar belakang inilah, Mubin Usman, seorang petani dan pekebun yang memasok buah-buahan impor ke beberapa pasar, berusaha untuk menolong teman seprofesinya dengan menjual bibit pohon buah-buah impor (unggulan) dan bersertifikat. Profesi petani yang digelutinya selama bertahun-tahun, menjadikannya dia piawai dalam urusan budidaya bibit unggulan tersebut. Dia ingin memasyarakatkan bibit itu dan dijual ke para petani dengan harga murah. Produknya diberi label Wijaya Tani (WT). Anda akan mudah menemukannya, karena produk ini digelar di tiga tempat di kawasan Margonda, Depok.
“Yang dimaksud dengan unggulan di sini yaitu bila ditanam, maka buah-buahan yang tumbuh dijamin bagus,” ujar Mubin. Sedangkan maksud diberinya sertifikat yang dikeluarkan oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, adalah bibit pohon buah-buahan terpilih yang ditanam sesuai dengan prosedur, tidak dicampuradukkan dengan bibit pohon buah yang sama tetapi berbeda varietas atau asal usulnya.

Sebagai unggulan, buah-buahan seperti Durian Monthong, Jambu Biji Getas, Mangga Hawaii, dan sebagainya, tentu mudah dipasarkan walau harganya tidak murah. Demikian pula dengan harga bibit pohonnya, meski sudah sejak lama sekali dikembangbiakkan di Indonesia. “Untuk membeli satu bibit pohon saja, seorang petani harus menjual seekor kambingnya,” Mubin mengibaratkan.
Berkaitan dengan itulah, suatu ketika ia membeli lima hingga enam bibit pohon buah-buahan “impor”, lalu diperbanyak dengan berbagai cara, dan akhirnya dijual ke para petani dengan harga miring. “Para petani tersebut bisa membeli bibit pohon buah-buahan seperti Jambu, Belimbing, dan Durian Bangkok misalnya, dengan harga murah,” kata Mubin. Sebagai contoh, misalnya, harga satu bibit pohon Lengkeng Vietnam atau Lengkeng Pingpong Rp250 ribu hingga Rp4 juta. Setelah diperbanyak WT, harganya paling mahal Rp 40 ribu/pohon dan kualitas buahnya tidak berkurang sama sekali, sehingga petani pun mampu membelinya. Atas usaha ini, produk bibit WT telah banyak menerima pesanan dari petani di seluruh Indonesia ini.

Lantas, dari mana bibit pohon buah-buahan “impor” ini diperoleh? Mubin mengaku, dia memperolehnya lewat membeli bibit unggulan lewat berbagai pameran dan mengumpulkannya saat bertandang ke luar negeri. Dia sebenarnya tidak berencana menjadi pedagang bibit pohon buah-buahan ‘impor’. Sebagai pedagang buah, Mubin hanya ingin agar semua pohon yang ditanam di Indonesia menghasilkan buah-buahan yang bagus, enak, dan murah pula harganya. Jadi, tidak perlu mengimpor. Di samping itu, juga ingin kehidupan para petani buah membaik. “Saya membeli saja bibit pohon buah unggulan yang dimiliki tetangga saya. Atau saat berkunjung ke Hawaii, secara iseng saya mengumpulkan biji mangga Hawaii,” ungkapnya. Dalam perkembangannya, mulai 1979 hingga 1982, dia sengaja berburu bibit pohon buah unggulan yang tumbuh dari Sabang hingga Merauke. Selain itu, dia juga membelinya melalui berbagai pameran tanaman. Setelah dibudidayakan, bibit tersebut dijual dengan harga Rp7 ribu (ukuran sangat kecil) hingga Rp400 ribu (sudah berbuah).

Namun, sepertinya cita-cita peraih penghargaan Satyalencana Wira Karya tahun 2004 dari presiden ini, tidak sepenuhnya terkabul mengingat buah impor tetap merajalela di Indonesia. Di samping itu, penjualan bibit pohon buah “impor” tidak selalu berjalan lancar. “Kalau pas laku ya sangat laku. Dalam arti, sehari bisa terjual dua hingga tiga pohon. Kalau pas sepi, satu pohon pun tak terjual dalam jangka waktu seminggu, bahkan di sini ada pohon yang sudah berumur dua tahun dan belum laku juga,” ucapnya.

Tapi, sebenarnya bukan itu titik perhatian Mubin. Dia menginginkan agar setiap orang bisa menanam pohon buah, sekali pun rumahnya tidak memiliki halaman. “Kan bisa menggunakan pot atau drum. Selain itu, jangan berpikir bahwa bisa jadi tidak akan sempat menikmati hasilnya, mengingat untuk berbuah dibutuhkan waktu relatif lama, tetapi berpikirlah bahwa tanaman tersebut nantinya akan tetap dapat bermanfaat, setidaknya bagi anak cucu kita.
Itung-itung sudah ninggalin warisan,” tambah peraih penghargaan Perintis Lingkungan Hidup Terbaik I Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2002 ini.

Belimbing Dewi, Manis Rasanya Gede Untungnya


Meski ‘made in” lokal, harga jual Belimbing Dewi tak kalah dengan buah-buah impor. Bukan isap jempol jika belimbing manis ini bisa menghasilkan uang ratusan juta per tahun. Russanti Lubis

Tahukah Anda bila 99% kebutuhan akan belimbing, khususnya belimbing Dewi, di Eropa dipasok oleh negara semungil Malaysia? Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah negara seluas Indonesia ini tidak mampu melakukannya? Ternyata bukan itu masalahnya, melainkan sistem pemasaran belimbing dan pola berpikir masyarakat negara ini yang masih seperti katak dalam tempurung.

Secara bisnis, belimbing Dewi memiliki prospek bagus. Buktinya, buah yang disebut star fruit oleh orang bule ini merupakan satu-satunya buah lokal yang harganya hampir menyamai buah-buahan impor. “Tidak pernah kurang dariRp10 ribu/kg!” tegas Komarudin, petani belimbing Dewi.
Di samping itu, sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai penurun tekanan darah tinggi atau penormal tekanan darah, buah ini sudah memiliki konsumen tersendiri yakni masyarakat menengah ke atas yang dikenal pula sebagai masyarakat dengan gaya hidup ‘ngawur’ atau setidaknya yang paham betul tentang arti kesehatan.

Bukti lain, saking ngetopnya salah satu dari sembilan varietas belimbing (sumber lain: 13 varietas, red.) tersebut, hampir semua swalayan di Jakarta lebih banyak menjual belimbing yang dikembangbiakkan untuk pertama kalinya oleh kebun bibit PT Dewi Jaya ini, dibandingkan dengan ‘kerabat-kerabatnya’. “Bahkan, belimbing dari Blitar ketika ‘masuk’ ke swalayan pun harus ‘menyamar’ sebagai belimbing Dewi, agar bisa diterima konsumen fanatiknya.
Untungnya, konsumen di sini belum mampu membedakan kedua varietas tersebut dan hanya fokus pada fungsinya,” jelas pria yang biasa disapa Komar ini.

Nah, fungsi inilah yang menjadi bumerang bagi “industri” belimbing di Indonesia. Sebab, Malaysia melihat bahwa pasar belimbing bukan cuma sebatas itu atau hanya sebagai buah kudapan, melainkan juga dapat dibuat salad, minuman, dan penghias gelas-gelas minuman pada beberapa kafe atau restoran di Eropa. “Sehingga untuk menjualnya tidak perlu harus menunggu sampai matang atau membesar secara optimal. Malaysia justru mengirimkan belimbing-belimbing itu ketika masih kecil dan berwarna hijau atau masih mentah,” katanya.

Di sisi lain, dalam pemasarannya, ia melanjutkan, para petani belimbing di negara jiran tersebut dibantu secara tidak langsung oleh pemerintah. Sebaliknya, di Indonesia, pemasaran belimbing terhalang oleh tengkulak dan tidak ada campur tangan pemerintah sama sekali “Saya pernah berusaha memotong jalur mereka dengan melalui jalan belakang. Tapi, saya terhalang lagi oleh ketidakmampuan petani belimbing memasok secara teratur ke berbagai swalayan, mengingat kebun mereka tidak cukup luas. Dari hasil pengamatan saya, untuk dapat memenuhi pesanan secara kontinyu, minimum seorang petani harus memiliki lahan seluas 5 ha. Untuk petani di Depok ini sebagai sentra belimbing Dewi, hal ini jelas-jelas tidak mungkin. Satu upaya lain pernah saya lakukan yaitu dengan menyewa lahan di luar kota. Hasilnya, belimbing sudah habis dipanen orang-orang tidak bertanggung jawab, sebelum pemiliknya memanen,” ujar pemilik kebun seluas 5.000 m² dengan 120 pohon belimbing Dewi ini.

Apa sih hebatnya belimbing Dewi? “Belimbing Dewi memiliki kandungan air lebih tinggi daripada belimbing-belimbing lain, sehingga ia lebih tahan lama. Dalam ruangan sejuk, ia mampu mempertahankan kesegarannya hingga satu minggu, sedangkan yang lain hanya dua hingga tiga hari. Kadar air yang tinggi ini pula yang membuatnya lebih berbobot (berat rata-rata 200 gr hingga 250 gr, bahkan dapat mencapai 500 gr/buah, red.), di samping itu rasanya pun lebih manis,” jelasnya. Selain itu, buah yang konon pohonnya mampu bertahan hidup 25 tahun hingga 30 tahun ini, bahkan dipercaya tidak pernah mati karena selalu tumbuh tunas dan akar baru, dapat dipanen untuk pertama kalinya ketika berumur dua tahun. “Satu kali panen sebanyak 20 kg sampai 30 kg,” katanya.

Tanaman keras yang termasuk paling cepat berbuah ini, baik ditanam di lahan yang terletak di ketinggian 300 m sampai 400 m di atas permukaan laut (sumber lain: 0 m sampai 500 m di atas permukaan laut, red.), seperti Depok dan Cibinong. Dikembangbiakkan dengan okulasi atau menanam bijinya, belimbing Dewidapat dipanen hingga empat kali per tahun, dengan syarat memiliki sumber air yang cukup dalam perawatannya. Dalam setiap kali panen, Komar mampu mengumpulkan 12 ton hingga 14 ton, bahkan 20 ton bila cuacanya pas. “Harga di petani hanya Rp8 ribu/kg, sedangkan di swalayan mencapai Rp13 ribu/kg hingga Rp15 ribu/kg,” ucap Komar yang memasok belimbingnya ke toko buah-buahan di Depok dan Muara Karang, di samping Semarang, Yogyakarta, dan Bali melalui supplier. Ingin berbisnis belimbing Dewi?


Analisa Bisnis Belimbing Dewi (dalam 1 tahun)

Bila Anda memiliki lahan seluas 10.000 m² atau 1 ha, maka Anda dapat menanam sekitar 105 pohon belimbing Dewi. Bahkan, Anda dapat menanam 2.000 pohon, jika jarak tanamnya 5 m². Harga rata-rata bibit pohon belimbing dewi Rp7.500,-. Setiap kali panen, dihasilkan sekitar 10 ton belimbing. Padahal, belimbing dapat dipanen tiga kali dalam setahun, adakalanya empat kali/tahun. Dengan demikian, setahun dapat dipanen 30 ton hingga 40 ton. Harga di petani per kilogramnya sekitar Rp8.000,-. Untuk lebih jelasnya, berikut analisa bisnisnya:

A. Total biaya produksi Rp 3.000.000,-/tahun
(untuk membeli bibit pohon belimbing Dewi, pupuk, pestisida,
dan biaya tenaga kerja)


B. Total penjualan (30.000 kg @ Rp8.000,-) Rp 240.000.000,-/tahun
__________________________-
C. Laba kotor Rp 237.000.000,-/tahun.

NB. Semakin luas tanah, kebutuhan akan pupuk dan pestisida semakin dapat dihemat baik biaya maupun tenaga. Karena, penyemprotan hama dan pemupukan dapat dilakukan bersamaan, tanpa efek samping pada pohonnya. Di samping itu, dalam pemupukan ia juga dibantu pupuk kandang dan pupuk lain yang dihasilkan oleh daun-daunnya yang mudah rontok.



Memetik Fulus Dari Jambu Air Degus




Sebagai varietas unggul baru, jambu air degus belum banyak dibudidayakan. Padahal jambu degus rasanya manis, kesat, dan daya tahan hidupnya lebih tinggi. Bahkan bisa dibudidayakan di dalam pot. Russanti Lubis

Jambu air (eugenia aquea burm) merupakan tanaman buah yang berasal dari Indocina dan Indonesia, yang lantas menyebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Buah manis nan segar ini tumbuh dan berproduksi ideal di dataran rendah hingga medium. Selain itu, buah tak berkulit ini memiliki beberapa varietas, seperti jambu air camplong yang banyak dibudidayakan di Madura, jambu air dharsono (sebagian menyebutnya dersana), dan jambu air gelas (Kediri). Sedangkan jambu air degus merupakan“saudara” mereka yang kini dibudidayakan di Pasuruan.

Jambu air degus yang memiliki bentuk buah seperti lonceng tambun ini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai iklim dan jenis tanah. Bahkan, bisa tumbuh di lingkungan yang cukup berat di mana tanaman lain sudah tidak mampu bertahan. Di samping itu, sebagai varietas unggul, jambu yang berwarna merah tua kehitaman ini mudah beradaptasi, mudah dikembangbiakkan, responsif terhadap pemeliharaan intensif, serta berasa manis, segar, dan lebih kesat.
Namun, keberadaan jambu yang memiliki kandungan air 89,4%, kandungan gula 9,0%–9,2%, dan kandungan vitamin C 1,99 mg ini, sampai saat ini masih sebatas digunakan sebagai buah segar untuk dikonsumsi langsung. Selain itu, jambu air degus sejauh ini hanya dapat dijumpai di Pasuruan. “Sebenarnya, jambu air degus terdapat di beberapa daerah lain, di samping Pasuruan. Tetapi, belum dibudidayakan secara intesif sesuai dengan baku teknis. Karena itu, Pemerintah Kota Pasuruan melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan berinisiatif membudidayakan tanaman ini dengan menggunakan bibit yang bermutu atau berlabel,” kata Harry Tjahjono, Kepala Sub Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Pasuruan, Jawa Timur. Sekadar informasi, Balai Induk Hortikultura Kota Pasuruan menyediakan bibit jambu air degus dengan harga Rp10 ribu/batang.
Apa lagi, Harry melanjutkan, pada prinsipnya tanaman ini dapat ditanam di mana pun dengan mempertimbangkan faktor-faktor, antara lain kesesuaian agroklimat atau iklim, ketinggian tempat (4–400 m di atas permukaan laut), jenis tanah (subur dan gembur), ketersediaan unsur hara (kandungan vitamin-vitamin dalam tanah, red.), serta sarana dan prasarana lain. Keterangan lebih lanjut tentang hal ini, silahkan lihat boks 1 dan 2.

Tahun ini, Harry menambahkan, telah dilakukan penanaman bibit jambu air degus sebanyak 1.000 batang yang didistribusikan ke beberapa wilayah kecamatan di Pasuruan, tapi belum merata. “Karena itu, tahun 2007 nanti rencananya akan menanam 3.000 bibit di wilayah Pasuruan,” ucapnya. Mengapa hal ini dilakukan di Pasuruan? “Kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat Pasuruan bahwa jambu air degus yang dapat dikembangbiakkan baik di area pertamanan maupun di dalam pot dengan hasil yang sama baiknya, berpotensi memacu usaha peningkatan produksi dan memberikan peluang usaha, di samping meningkatkan gizi masyarakat serta pendapatan petani dan masyarakat. Bukan cuma itu, pengembangan jambu air degus ke depannya juga berguna sebagai produk unggulan di bidang hortikultura, sekaligus mendukung pengembangan agrowisata secara terpadu,” imbuhnya.

Lebih jauh lagi, Harry melanjutkan, maksud dan tujuan dikembangkannya jambu air degus di Pasuruan yaitu untuk menumbuhkembangkan sentra-sentra komoditi hortikultura jenis buah-buahan yang nantinya akan menjadi produk unggulan, memanfaatkan lahan baik yang non mapun yang produktif menjadi lahan yang mempunyai potensi untuk memberikan peluang usaha dalam upaya peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan pendapatan petani dan masyarakat, mewujudkan program jangka menengah Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Pasuruan yaitu memiliki wilayah agrowisata secara terpadu. Nah, selamat bertanam!


Cara Bertanam Jambu Air Degus


Pembudidayaan jambu air degus dapat dilakukan baik melalui tabulapot (menggunakan media tanam berupa pot, red.) maupun tabulakar (langsung di areal pekarangan, red.). Pembudidayaan model tabulapot cocok diterapkan di daerah-daerah perkotaan dengan penduduk padat, sehingga tidak tersedia lahan yang luas. Sedangkan tabulakar cocok dilakukan pada areal lahan yang luas dan terbuka.
Jambu air degus yang ditanam ala tabulakar cenderung tumbuh lebih cepat dan lebih besar, karena ketersediaan unsur hara dalam tanah yang lebih banyak daripada model tabulapot. Di samping itu, jumlah buah yang muncul juga lebih banyak dalam tabulakar dibandingkan dengan tabulapot, meski secara berkala dilakukan pengguntingan.

Untuk bertanam dalam pot:
-
Siapkan pot yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman buah degus berukuran diameter 40–60 cm. Lalu, buat lubang di bagian bawah pot.
-
Pada dasar pot, taburi atau tempatkan pecahan genting, batu bata, atau bahan lain yang mudah menyerap air.
-

Masukkan media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam padi dengan perbandingan masing-masing satu bagian. Dapat pula menggunakan media lain yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman dan mudah diperoleh di daerah yang bersangkutan. Masukkan media tanam tersebut ke dalam pot sebanyak duapertiga tinggi pot. Selanjutnya, siram media tanam tersebut dengan air secukupnya.
-


Buat lubang kecil seukuran media benih. Buang polibag atau keranjang benihnya dengan hati-hati, agar tidak merusak tanah yang terbawa benih sekaligus menghindari stressing benih setelah ditanam dalam pot. Kemudian, pasang ajir (bambu penanda lokasi penanaman, red.) sebagai penyangga tanaman dan ikatlah dengan tali.
-
Sirami setiap hari dengan air secukupnya sampai tanaman tersebut tumbuh dan beradapatasi dalam pot.

Bertanam langsung di tanah (pekarangan atau tegalan):
*
Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Pisahkan masing-masing setengah bagian tanah atas dengan yang bawah, pada saat melakukan penggalian lubang tanam.
*

Biarkan lubang tanam tersebut terbuka selama 2–3 minggu untuk menghilangkan keberadaan gas beracun, bibit penyakit dalam tanah, atau organisme pengganggu tanaman lainnya yang berada dKembalikan setengah bagian tanah bawah terlebih dulu ke posisi semula pada lubang tanam di bagian bawah. Lantas, campuri setengah bagian tanah atas dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak tanah bagian atas tersebut. Dapat pula ditambahkan pupuk NPK. Selanjutnya, kembalikan setengah bagian atas tanah ke dalam lubang tanam dan biarkan menggunung. Sirami dengan air secukupnya dan biarkan selama 3–5 hari agar pupuk anorganik sebagi pupuk dasar bisa larut ke dalam tanah.lam tanah.
*

Kembalikan setengah bagian tanah bawah terlebih dulu ke posisi semula pada lubang tanam di bagian bawah. Lantas, campuri setengah bagian tanah atas dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak tanah bagian atas tersebut. Dapat pula ditambahkan pupuk NPK. Selanjutnya, kembalikan setengah bagian atas tanah ke dalam lubang tanam dan biarkan menggunung. Sirami dengan air secukupnya dan biarkan selama 3–5 hari agar pupuk anorganik sebagi pupuk dasar bisa larut ke dalam tanah.
*
Sehari menjelang tanam, buat lubang kecil seukuran benih jambu air degus pada gundukan galian tanah.
*
Lepaskan polibag secara hati-hati agar tidak merusak media tanah dan mencegah stagnasi benih yang akan ditanam.
*
Masukkan benih ke dalam lubang dengan kedalaman sebatas leher akar, timbun, dan padatkan secara perlahan.
* Setelah benih ditanam, sirami dan pasang ajir di sisi tanaman dan ikat dengan tali yang lunak.
* Sirami setiap hari hingga tanaman tumbuh dan beradaptasi di lahan pertanaman yang baru.

Yang Harus Dipersiapkan
Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk membudidayakan jambu air degus yaitu
- Menentukan lahan
- Media tanam
- Peralatan dan bahan:
1. cangkul
2. sabit
3. tali
4. hand sprayer (alat untuk menyemprot hama tanaman, red.)
5. pupuk organik
6. pupuk anorganik
7. pestisida
8. gunting pangkas




Kencur, Pasarnya Terbuka Lebar




Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu jenis empon-empon atau tanam-an obat. Tanaman mungil yang tergolong suku temu-temuan (Zingiberaceae) ini, juga termasuk komoditas yang memiliki prospek pasar sangat baik. Sebab, ia termasuk bahan baku penting dalam industri negeri ini, seperti obat tradisional, kosmetika, obat herbal terstandar, saus rokok, bumbu, bahan makanan, dan minuman penyegar. Bahkan, dalam industri jamu, kencur (jahe, kunyit, dan temulawak) diibaratkan sebagai nasinya. Russanti Lubis

Kelebihan kencur bukan cuma sampai di situ. Ia juga pandai menabung. Misalnya, ketika akan dipanen (10 bulan setelah benihnya ditanam, red.), ternyata harganya sedang jatuh, maka ia tidak perlu dipanen dan tetap dibiarkan di dalam tanah hingga berumur tiga tahun. Kondisi ini tidak akan mengurangi manfaatnya, bahkan jumlah produksinya akan bertambah banyak. Sebab, dari satu rimpang (batang di dalam tanah yang membesar, red.) kencur akan tumbuh rimpang berikutnya di atas rimpang sebelumnya dengan bentuk yang lebih kecil, setiap tahun. Dengan bertambahnya umur, patinya pun akan semakin tinggi tapi ia tidak dapat dijadikan bibit, karena kualitasnya sudah menurun. Selain itu, dalam kondisi basah, kencur yang dipanen saat berumur lebih dari 10 bulan dapat disimpan dalam gudang selama 3–4 bulan. Sedangkan dalam kondisi kering, dapat disimpan di gudang selama 3–4 tahun dengan kegunaan yang sama dengan kencur segar. Bahkan, harganya jauh lebih mahal, meski bentuknya menyusut, kadar airnya berkurang, dan baunya berubah.

Namun, produktivitas tanaman yang memiliki bau khas ini di tiga provinsi produsen utama yaitu Jawa Barat (Bogor, Bekasi, Sumedang, Sukabumi, Subang), Jawa Tengah (Boyolali, Karanganyar), dan Jawa Timur (Madiun, Malang, Ponorogo, Pacitan), masih sangat rendah, cuma 6,1 ton/ha. “Kemungkinan hal ini terjadi karena gagal panen, gangguan musim, atau petani kencur beralih ke komoditas lain ketika harga sedang jatuh, dan adanya permainan pasar. Di sisi lain, petani tanaman obat pada umumnya hanya memiliki lahan seluas pekarangan dan kencur sekadar ta-naman sisipan (tumpangsari), sehingga produksinya ya cuma segitu. Selain itu, sejauh ini, mereka masih menanam kencur dengan cara tradisional,” kata Otih Rostiana, Peneliti Madya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatropika (Balittro), yang bermarkas di Bogor.

Menurut sebuah majalah, untuk memenuhi kebutuhan kencur Indonesia masih harus mengimpor dari Cina, Malaysia, dan Thailand yang mutunya kurang memenuhi standar industri besar tanah air. Tapi, Otih melanjutkan, kebenaran berita ini masih diragukan, sebab tidak pernah ada data yang menjelaskan tentang itu. Untuk mengatasi kondisi ini, Balittro berupaya mengubah pola tanam dari tradisional menjadi menurut Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Kencur yang ditanam secara tradisional berarti menggunakan bibit asal-asalan, sehingga kencur yang dihasilkan tidak seragam. Juga memakai pupuk seadanya atau pupuk kandang (pukan) dengan takaran sekenanya. Dengan cara semacam ini, sentra produksi kencur rata-rata hanya mampu menghasilkan 6–8 ton/ha. Sebaliknya, kencur yang ditanam mengikuti SOP berarti menggunakan bibit terpilih, cara berbudidaya dan cara pengolahan yang lebih baik sehingga terjadi peningkatan minimal sebesar 30%,” ujar perempuan bergelar doktor itu.

Bibit terpilih yang dimaksud adalah varietas unggul kencur yang dinamai Galesia (Galanga Indonesia) 1, Galesia 2, dan Galesia 3. Sekadar informasi, kencur dalam Bahasa Inggris adalah Indian Galanga. Dengan Galesia ini terjadi peningkatan produksi hingga mencapai lebih dari 10 ton/ha. Bahkan, Galesia 1 yang menggunakan pukan, mampu menghasilkan 16 ton/ha. Di samping itu, Galesia yang memiliki asal muasal yang jelas, diharapkan nantinya dapat diekspor karena telah memenuhi Good Agricultural Practice atau standar internasional untuk ekspor tanaman obat.
“Galesia 1, Galesia 2, dan Galesia 3 dibedakan dari bentuk rimpangnya. Bentuk rimpang Galesia 1 lebih besar dan mampu berproduksi lebih banyak daripada Galesia 2 dan Galesia 3. Sedangkan Galesia 2 dan Galesia 3 memiliki kandungan minyak atsiri lebih tinggi dan relatif lebih mudah beradaptasi di daerah baru diban-dingkan Galesia 1. Selain itu, Galesia 1 cenderung lebih baik digunakan untuk minuman kesehatan, sedangkan Galesia 2 dan Galesia 3 untuk jamu dan kosmetika,” jelasnya.

Di samping itu, ketiganya rentan terhadap penyakit bakteri layu. “Sejauh ini, kami belum dapat mengantisipasinya, sebab belum ada kerabatnya. Sekadar informasi, untuk menciptakan varietas unggul yang tahan penyakit, varietas tersebut harus dikawinkan dengan varietas lain atau kerabatnya yang tahan penyakit. Yang bisa kami rekomendasikan yaitu pertama, ja-ngan membeli bibit yang sudah berbentuk rimpang atau sudah dipanen, tapi belilah yang masih di dalam tanah. Kalau terpaksa membeli yang sudah dipanen, seleksilah satu persatu dengan cara dibaui atau dipatahkan. Kedua, jangan menggunakan lahan yang bekas dipakai menanam temu-temuan, terutama yang ada penyakitnya. Karena, bakteri layu ini mudah menular. Bila kedua hal ini sudah dilakukan tapi kencur tetap terkena bakteri layu, cepat cabut dan bakar atau semprot dengan bakterisida,” ujarnya.

Bakteri layu ini juga menyebabkan gagal panen. Sebab itu, lahan hanya diperbolehkan dua kali ditanami kencur dan temu-temuan lain. Setelah itu, harus diistirahatkan atau dirotasi de-ngan tanaman lain selama 2–3 tahun, untuk mematikan penyakit tersebut (untuk mengetahui lebih jauh tentang tata cara berbududaya kencur, lihat boks, red.).