Petani posisinya berada di paling depan dalam memproduksi padi. Tetapi nasibnya selalu berada di paling belakang. Paguyuban Petani Madani melakukan berbagai terobosan untuk bisa mengangkat derajat kesejahteraan petani. Agnes de Savitri

Akhir - akhir ini, pemberitaan di berbagai media massa banyak mmperbincangkan teknologi pertanian alternatif tanpa pupuk kimia. Ini bisa dimaklumi setelah sekian lama sejak dasawarsa 80-an sampai sekarang penggunaan pupuk kimia justru semakin tidak menguntungkan, baik dari sisi ekonomi, keseimbangan alam, maupun kesehatan manusia.
Berbagai teknologi pertanian alternatif diketemukan oleh berbagai orang dari berbagai latar belakang pendidikan. Tentu saja kelebihan dari teknologi pertanian ini juga beragam. Selain memaparkan banyak keuntungan, sebenarnya beberapa di antaranya ditengarai memberikan dampak akhir yang kurang baik karena justru dapat merusak lingkungan jauh lebih parah dan dalam kurun waktu lebih singkat dibanding dengan penggunaan pupuk kimia. Namun demikian, temuan – temuan baru tersebut cukup menggembirakan karena membuktikan meningkatnya perhatian bangsa ini pada bidang pertanian yang notabene seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi bangsa ini. Bukan saja media massa yang memberikan perhatian ekstra, pemerintah pun rupanya semakin antusias.


Salah satu kelompok tani yang telah lama secara konsisten mengembangkan teknologi pertanian tanpa pupuk kimia adalah Paguyuban Tani Madani. Kelompok tani ini telah mengembangkan industri pertanian organik sejak tahun 2000 dan saat ini anggotanya telah menyebar di 200 kota di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota kurang lebih 6% dari jumlah petani Indonesia. Di Jawa Timur khususnya, jumlah anggota Paguyuban Tani Madani ini mencapai 700.000 orang, dan di Indonesia lebih dari 1.000.000 orang.
Menurut Budiono Sp, MM.penemu, pendiri, sekaligus motor dari paguyuban tersebut, alih teknologi ini diawali dari keprihatinannya menyaksikan semakin tingginya harga pupuk kimia, di mana petani sangat bergantung pada keberadaan atau ketersediaan pupuk tersebut. Jika terjadi kelangkaan pupuk, maka petani akan mati suri tidak sanggup lagi mengolah tanahnya. Acapkali kelangkaan pupuk ini terjadi karena kesengajaan oknum – oknum tertentu yang ingin mengambil kuntungan berlebih. Apabila pupuk tersedia, harganya pun melambung tinggi. Saat panen berlimpah, harga pun anjlok hingga biaya produksi tak lagi tertutupi. Petani juga tidak tahu bagaimana menyalurkan hasil produksi mereka. Kalaupun pupuk dan pasar memadai , petani dirugikan oleh semakin memburuknya kwalitas tanah, sehingga biaya produksi untuk mengolah tanah pun semakin tinggi. Pendek kata, apapun sebab dan kondisinya, petani selalu dirugikan.

Sejak tahun 1993 Budiono mengembangkan riset / penelitian ilmiah dan menemukan formula dasar / formula inti berbahan dasar tumbuh – tumbuhan. Dari formula inti inilah nantinya setiap petani bisa membuat pupuk atau formula lain yang diperlukan sesuai dengan kebutuhannya baik di bidang pertanian, perikanan, maupun peternakan. Sampai saat ini formula yang dikembangkan bisa mencapai 13 formula, 10 diantaranya formula organik, sedangkan 3 di antaranya adalah formula semi organik. Adapun bahan baku formua inti tersebut menggunakan bahan – bahan alami yaitu : akar – akaran , biji – bijian, buah, pucuk tunas tumbuh – tumbuhan, serbuk sari bunga, glucose, madu, extract cambah, dan air kelapa.

Tidak seperti pada penggunaaan pupuk lainnya baik itu pupuk kimia maupun pupuk organik, anggota Paguyuban Petani Madani tidak menjadi bergantung pada pengadaan pupuk, namun mereka bisa membuat sendiri setelah mendapatkan pelatihan. Jadi pada prinsipnya para petani dididik agar mandiri, sehingga mereka tidak lagi kesulitan dalam mengembangkan produktivitas. Selain mudahnya mendapat bahan baku, dan transfer teknologi, pupuk organik inti atau yang biasa dikenal dengan nama BML ( Bio Master Tani ) atau RML ( Ramah Lingkungan Madani ) ini, petani juga dibantu dari sisi pemasaran, baik itu pangsa pasarnya, manajemen, maupun promosinya. “Misi kami memang ekonomi kerakyatan. Para calon petani atau petani yang berminat, atau siapa pun yang ingin berkecimpung daam bidang bisnis pertanian, dibina oleh konsultan / kader madani lainnya yang telah lebih dahulu menjadi petani madani, di mana mereka pada akhirnya akan menjadi petani – petani yang mandiri, tidak bergantung pada pupuk pasokan pabrik tertentu, dan mereka juga dapat membina teman – teman baru lainnya.” tutur Budiono menjelaskan tentang kelompok tani yang dipimpinnya.

Memang selain petani, ataupun calon petani, Budiono menegaskan juga sanggup membina siapa pun yang tertarik untuk menggeluti bidang industri pertanian, perikanan dan peternaan yang berbasis organik. Pendampingan tersebut bersifat sangat lokal. Artinya, meskipun tanah pertanian yang dikelola terdapat dalam suatu daerah, namun perlakuan terhadap tanah maupun tanaman berbeda – beda, tergantung pada hasil analisis tanah / tanaman yang dilakukan. Imbalan yang diminta pun tidak mahal hanya Rp. 35.000,- / analisis. Pada saat pertanian sudah berjalan dan petani sudah bisa mandiri, mereka cukup membayar royalty produksi Rp. 750,- / liter.
Budiono, yang memulai langkahnya dari kota Batu – Jawa Timur ini, mengungkapkan salah satu petani binaannya yang beralih , menjadi Petani Madani yaitu Bapak Haji Ibrahim di Besuki Situbondo, pernah mengalami serangan penyakit tongrow 75% pada tanaman padinya jenis Ir.64 pada saat menggunakan pupuk kimia, sudah tidak diharapkan alias puso ( umur 43 hari ). Namun kemudian, melalui upaya yang intensif padi tersebut dapat diselamatkan dan dipanen pada usia 97 hari dengan hasil mencapai 4,5 ton.

Peluang bertani organic saat ini memang semakin meningkat. Terbukti semakin meningkatnya permintaan baik dari pasar dalam maupun luar negeri, baik berupa beras, sayur, buah, bunga udang, juga ikan. “Kami cukup bangga karena produk kelompok kami dicicipi oleh Bapak Presiden saat beliau melakukan kunjungan ke Batu. Setelah itu, kami diperkenankan memasok buah untuk pesta pernikahan putra beliau, termasuk memasok untuk suguhan tamu – tamu Negara “ ungkap Budiono. “Selain itu beberapa produk kelompok kami merupakan produk juara nasional “ tambah Budiono lagi. Memang selain memasok berabagi produk organic untuk pasar dalam negeri, produk pertanian Paguyuban Petani adani ini telah eksport ke berbagai negara, diantaranya Jepang untuk eksport udang, padahal hampir semua eksportir tahu memasok udang ke Jepang syarat – syarat yang harus dipenuhi paling berat. Namun hampir semua produk Paguyuban Petani Madani memang telah diakui oleh badan international. “Produk kami sudah dikenal di luar ngeri. Bahkan sertifikasi terbitan kami selain diakui secara nasional, juga diakui oleh HCCPL untuk pasar USA , dan IOFAM untuk tingkat Intrnational” tutur Budiono. Meskipun sudah memiliki jaringan yang luas Budinono masih terus mmbuka peluang bagi siapa saja yang berminat untuk bergabung baik dari sisi produksi sebagai petani, maupun sebagai pedagang dan eksportir.

Beberapa keunggulan produksi Petani Madani ini adalah sebagai berikut : ( contoh pada Padi ) :
1. anakan padi 40 – 112 anakan / rumpun
2. umur 14 hari beranak 5 – 10 anakan / rumpun
3. daun langsung hijau tidak menguning
4. lahan sehat serangan tikus, sundep, asem – aseman, tongrow dapat dikendalikan.
5. satu untai padi 226 – 315 bulir ( biasanya 170 – 215 bulir )
6. gabah (GKG ) bernas 100 kg jadi beras 60 – 73 kg
7. hasil panen normal 7,7 – 10,5 ton / Ha dengan benih padi Ir. 64
8. rasa nasi pulen, tidak cepat keras dan tidak menguning selama 3 – 4 hari dalam majig jar.
9. lahan kembali sehat, penerapan 1 pupuk kimia sintetis 50% dari biasanya, selanjutnya 20% - 30% dari biasanya, Hingga pada akhirnya tanpa pupuk kimia sama sekali / murni organik.