January
12
Tidak semua orang mau berusaha meningkatkan value di dalam diri mereka. Daripada berusaha capek-capek meningkatkan value, mereka lebih memilih untuk "menetapkan standar" mereka sendiri terhadap dunia ini.
Beberapa hari yang lalu saat sedang berjalan-jalan di Mal Taman Anggrek, Jakarta, saya kebetulan masuk ke sebuah toko perhiasan dan selintas melihat percakapan yang menarik antara seorang pembeli dan penjual. Mereka sedang terlibat tawar menawar sebuah kalung mutiara yang cukup indah, dan kelihatannya termasuk salah satu koleksi unggulan dari toko tersebut. Setelah tawar menawar beberapa saat, si pembeli akhirnya memutuskan untuk keluar dari toko itu, karena dianggapnya harga barang tersebut mahal.
Selang beberapa menit kemudian, ada pembeli lain yang masuk, dan kemudian mengamati kalung mutiara yang tadi. Dia kemudian mencoba sejenak di lehernya, dan setelah dirasa cocok, tanpa tawar menawar langsung dibayarnya barang tersebut dan keluar. Apa yang menarik dari kedua kejadian tadi?
Barang yang sama, tapi dipersepsikan berbeda oleh dua orang. Tentu, yang membedakan persepsi keduanya adalah uang yang dimiliki oleh masing-masing orang. Semakin banyak uang yang Anda miliki, tentu semakin murah harga barang tersebut di mata Anda. Saya tertarik untuk membahas justru dari sisi orang pertama. Apa yang kira-kira dilakukan oleh orang tadi setelah gagal menawar barang tersebut?
Bila dia memang serius ingin membeli barang tersebut, mungkin dia akan mulai masuk ke toko-toko lain, mencari-cari barang sejenis yang lebih murah. Bila setelah "berjuang" keliling mal dan tidak juga menemukan barang yang harganya sesuai dengan isi kantongnya, mungkin dia mencoba mencari di tempat lain, atau mungkin juga mengurungkan niat untuk membelinya.
Fokus dari orang pertama ini adalah lebih kepada jumlah uang yang dia miliki, dibanding dengan nilai dari barang tersebut bagi dirinya. Jika merujuk kepada teori Richdad-nya Kiyosaki, dikatakan, di sana orang rata-rata melihat dari seberapa besar pendapatannya, lalu menekan pengeluarannya, sedang orang sukses melihat dari sisi pengeluarannya, lalu meningkatkan pendapatannya. Dalam lingkup kehidupan, bukankah sebagian besar dari kita juga memiliki sikap seperti orang pertama itu?
Saat kita menghadapi masalah, kita selalu mengeluh mengapa kita yang "kecil" ini mendapat masalah seberat itu. Tapi kita tidak menyadari BAHWA YANG MENJADI POKOK PERSOALAN BUKAN BESAR KECILNYA MASALAH, TAPI BESAR KECILNYA VALUE ANDA. BEGITU VALUE ANDA DITINGKATKAN, MAKA MASALAH TERSEBUT AKAN MENJADI KECIL DI MATA ANDA. Bukankah Anda saat ini sudah sangat mahir makan dengan sendok dan garpu, suatu hal yang menjadi masalah besar saat Anda berusia dua tahun?
Sayangnya, di dunia di mana kita tinggal ini, tidak semua orang mau berusaha untuk meningkatkan value di dalam diri mereka. Daripada berusaha capek-capek meningkatkan value, mereka lebih memilih untuk "menetapkan standar" mereka sendiri terhadap dunia ini. Sebagai contoh, ada dari mereka yang mungkin berkata, "Karena kemampuan bahasa Inggris saya jelek, saya jadi tidak tertarik membaca buku bahasa Inggris. Kalau ada terjemahannya, mungkin saya mau baca".
Standar bahasa Inggris mereka sudah dipatok di nilai tertentu, dan daripada meningkatkan value standarnya, mereka lebih memilih buku terjemahan yang "lebih sesuai" dengan standar mereka. Di sisi lain, ada juga mereka yang berusaha meningkatkan value standar mereka dengan memaksa diri membaca buku bahasa Inggris sambil membuka-buka kamus.
Tidak ada yang salah dengan pilihan Anda, apakah mau mematok standar atau meningkatkan standar value Anda. Ini semua hanyalah pilihan Anda pribadi dalam hidup. Hanya saja, apabila Anda mematok standar Anda di satu titik tertentu, jangan mengeluh terhadap kerasnya kehidupan dan masalah yang datang kepada Anda. Ingat, BUKAN BESAR KECILNYA MASALAH YANG MENJADI POKOK DALAM KEHIDUPAN INI, TAPI BESAR KECILNYA VALUE ANDA. Jadi, lakukan pilihan yang terbaik, dan dapatkan hasilnya. Selamat meningkatkan kemampuan diri Anda !
Beberapa hari yang lalu saat sedang berjalan-jalan di Mal Taman Anggrek, Jakarta, saya kebetulan masuk ke sebuah toko perhiasan dan selintas melihat percakapan yang menarik antara seorang pembeli dan penjual. Mereka sedang terlibat tawar menawar sebuah kalung mutiara yang cukup indah, dan kelihatannya termasuk salah satu koleksi unggulan dari toko tersebut. Setelah tawar menawar beberapa saat, si pembeli akhirnya memutuskan untuk keluar dari toko itu, karena dianggapnya harga barang tersebut mahal.
Selang beberapa menit kemudian, ada pembeli lain yang masuk, dan kemudian mengamati kalung mutiara yang tadi. Dia kemudian mencoba sejenak di lehernya, dan setelah dirasa cocok, tanpa tawar menawar langsung dibayarnya barang tersebut dan keluar. Apa yang menarik dari kedua kejadian tadi?
Barang yang sama, tapi dipersepsikan berbeda oleh dua orang. Tentu, yang membedakan persepsi keduanya adalah uang yang dimiliki oleh masing-masing orang. Semakin banyak uang yang Anda miliki, tentu semakin murah harga barang tersebut di mata Anda. Saya tertarik untuk membahas justru dari sisi orang pertama. Apa yang kira-kira dilakukan oleh orang tadi setelah gagal menawar barang tersebut?
Bila dia memang serius ingin membeli barang tersebut, mungkin dia akan mulai masuk ke toko-toko lain, mencari-cari barang sejenis yang lebih murah. Bila setelah "berjuang" keliling mal dan tidak juga menemukan barang yang harganya sesuai dengan isi kantongnya, mungkin dia mencoba mencari di tempat lain, atau mungkin juga mengurungkan niat untuk membelinya.
Fokus dari orang pertama ini adalah lebih kepada jumlah uang yang dia miliki, dibanding dengan nilai dari barang tersebut bagi dirinya. Jika merujuk kepada teori Richdad-nya Kiyosaki, dikatakan, di sana orang rata-rata melihat dari seberapa besar pendapatannya, lalu menekan pengeluarannya, sedang orang sukses melihat dari sisi pengeluarannya, lalu meningkatkan pendapatannya. Dalam lingkup kehidupan, bukankah sebagian besar dari kita juga memiliki sikap seperti orang pertama itu?
Saat kita menghadapi masalah, kita selalu mengeluh mengapa kita yang "kecil" ini mendapat masalah seberat itu. Tapi kita tidak menyadari BAHWA YANG MENJADI POKOK PERSOALAN BUKAN BESAR KECILNYA MASALAH, TAPI BESAR KECILNYA VALUE ANDA. BEGITU VALUE ANDA DITINGKATKAN, MAKA MASALAH TERSEBUT AKAN MENJADI KECIL DI MATA ANDA. Bukankah Anda saat ini sudah sangat mahir makan dengan sendok dan garpu, suatu hal yang menjadi masalah besar saat Anda berusia dua tahun?
Sayangnya, di dunia di mana kita tinggal ini, tidak semua orang mau berusaha untuk meningkatkan value di dalam diri mereka. Daripada berusaha capek-capek meningkatkan value, mereka lebih memilih untuk "menetapkan standar" mereka sendiri terhadap dunia ini. Sebagai contoh, ada dari mereka yang mungkin berkata, "Karena kemampuan bahasa Inggris saya jelek, saya jadi tidak tertarik membaca buku bahasa Inggris. Kalau ada terjemahannya, mungkin saya mau baca".
Standar bahasa Inggris mereka sudah dipatok di nilai tertentu, dan daripada meningkatkan value standarnya, mereka lebih memilih buku terjemahan yang "lebih sesuai" dengan standar mereka. Di sisi lain, ada juga mereka yang berusaha meningkatkan value standar mereka dengan memaksa diri membaca buku bahasa Inggris sambil membuka-buka kamus.
Tidak ada yang salah dengan pilihan Anda, apakah mau mematok standar atau meningkatkan standar value Anda. Ini semua hanyalah pilihan Anda pribadi dalam hidup. Hanya saja, apabila Anda mematok standar Anda di satu titik tertentu, jangan mengeluh terhadap kerasnya kehidupan dan masalah yang datang kepada Anda. Ingat, BUKAN BESAR KECILNYA MASALAH YANG MENJADI POKOK DALAM KEHIDUPAN INI, TAPI BESAR KECILNYA VALUE ANDA. Jadi, lakukan pilihan yang terbaik, dan dapatkan hasilnya. Selamat meningkatkan kemampuan diri Anda !
0 Comments