January
12
Jika good corporate government (GCG) dipakai untuk menilai perusahaan dengan kinerja baik, kini muncul penilaian terhadap organisasi dan perusahaan yang dilihat dari tingkat kesuksesan mereka dalam mengelola strategi berbasis pengetahuan.
Indonesian Most Admire Knowledge Enterprise (MAKE) atau studi tentang perusahaan berbasis pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia ini adalah ajang mengukur komitmen dan kematangan organisasi dan perusahaan dalam mengelola manajemen berbasis pengetahuan mereka.
Studi MAKE memberi manfaat bagi organisasi-organisasi yang ingin mengetahui tingkat kesuksesan mereka dalam hal strategi pengetahuan jika dibandingkan dengan para pesaing atau perusahaan-perusahaan dunia yang berperan sebagai pendorong pengetahuan.
Penilaian tingkat manajemen berbasis pengetahuan pada organisasi dan perusahaan akan mendorong para pemimpin organisasi nirlaba dan bisnis ini untuk menciptakan intellectual capital (modal intelektual) yang tangguh mereka.
Siapakah modal intelektual yang dimaksud? Tidak lain dan tidak bukan mereka adalah sumber daya manusia perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi dan nilai tambah pada perusahaan.
"Cara ini menstimulasi dan menilai bagaimana suatu organisasi dan perusahaan mengelola knowledge seseorang menjadi keunggulan," ujar Andiral Purnomo, Direktur Indonesian MAKE Study.
Kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah melalui pekerja yang berpengetahuan juga menjadi pertimbangan apakah suatu organisasi dan perusahaan telah mampu mengelola manajemennya.
Karena sumber daya manusia atau karyawan yang disebut sebagai pekerja berpengetahuan bagi mereka bukan lagi menjadi alat produksi, tetapi sebagai manusia seutuhnya yang memiliki semangat berkontribusi dan terus-menerus melakukan inovasi kepada perusahaan.
Menjadi pembelajar
Semangat inilah yang mendorong perusahaan untuk terus menerus menginvestasikan dana mereka untuk salah satunya mendorong karyawan menjadi pembelajar, berkontribusi, dan berinovasi dengan terobosan. "Perusahaan menyadari bahwa knowledge worker ini menjadi salah satu kekuatan perusahaan," ujarnya.
Dua kali Indonesian MAKE Study digelar selama dua tahun berturut-turut. Dunamis Organization Service bekerja sama dengan Teleos Inggris, sebuah badan penelitian mandiri di bidang manajemen berbasis pengetahuan dan modal intelektual di Inggris, dan BEJ.
Teleos sendiri telah menggelar ajang ini sejak 1998 bekerja sama dengan The KNOW Network, komunitas organisasi seluruh dunia berbasis Internet yang berdedikasi menggapai kinerja superior melalui benchmarking, jaringan, dan pola strategi berbagi pengetahuan.
Benchmarking dapat dilakukan salah satunya bercermin pada pemenang MAKE ini. Pada tahun lalu PT Unilever Indonesia Tbk menjadi pemenang MAKE Asia 2005.
Tahun ini sebanyak 67 nominasi yang dikelompokkan pada masing-masing organisasi perusahaan, yaitu bank sentral, jasa, industri, infrastruktur, keuangan, pendidikan, pertambangan, dan teknologi.
Sebanyak 15 finalis akan maju ke tahap seleksi 2006 Indonesian MAKE Study yaitu PT Anugrah Argon Medica, PT Astra International Tbk, Asuransi Astra, Bank Danamon, Bank Indonesia, Bank Muamalat, Bank Biaga, BCA, PT Bintang Toedjoe, Kelompok Kompas-Gramedia, Medco E&P Indonesia, PT Telkom Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Wijaya Karya, dan PT Excelcomindo Pratama Tbk.
Mereka adalah perusahaan yang masuk dalam penilaian yang memiliki delapan kategori, yaitu menciptakan budaya perusahaan yang didorong oleh pengetahuan, mengembangkan knowledge workers melalui kepeimpinan manajemen senior, dan menyajikan produk atau jasa atau solusi yang berbasis pengetahuan.
Penilaian selanjutnya adalah memaksimalkan modal intelektual perusahaan, menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif, menciptakan suatu organisasi pembelajaran, memberikan nilai berdasarkan pengetahuan tentang pelanggan, dan mentransformasikan pengetahuan perusahaan menjadi nilai bagi pemegang saham. "Akan dilihat apakah kinerja mereka menurun, juga aktivitas mereka dalam mengelola aset apakah bagus atau tidak, kalau tidak mereka akan turun," Andiral menambahkan.
Pada akhirnya, penilaian akan ditentukan dengan nilai tambah mereka dalam bentuk keuntungan perusahaan yang dilihat pada neraca rugi laba. Sedangkan untuk organisasi dan perusahaan nonprofit ditentukan oleh kinerja dan sejauh mana manfaat dan kekayaan pemegang saham atau kemaslahatan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Namun, bagaimanapun hasilnya masih dipertimbangkan dengan tujuh kriteria lainnya. Misalnya bagaimana budaya perusahaannya, sumber daya manusianya maupun produk mereka. "Selanjutnya bagaimana kemampuan mereka memaksimalkan intellectual capital, dan kemampuan menciptakan nilai tambah," kata Andiral menambahkan.
Indonesian Most Admire Knowledge Enterprise (MAKE) atau studi tentang perusahaan berbasis pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia ini adalah ajang mengukur komitmen dan kematangan organisasi dan perusahaan dalam mengelola manajemen berbasis pengetahuan mereka.
Studi MAKE memberi manfaat bagi organisasi-organisasi yang ingin mengetahui tingkat kesuksesan mereka dalam hal strategi pengetahuan jika dibandingkan dengan para pesaing atau perusahaan-perusahaan dunia yang berperan sebagai pendorong pengetahuan.
Penilaian tingkat manajemen berbasis pengetahuan pada organisasi dan perusahaan akan mendorong para pemimpin organisasi nirlaba dan bisnis ini untuk menciptakan intellectual capital (modal intelektual) yang tangguh mereka.
Siapakah modal intelektual yang dimaksud? Tidak lain dan tidak bukan mereka adalah sumber daya manusia perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi dan nilai tambah pada perusahaan.
"Cara ini menstimulasi dan menilai bagaimana suatu organisasi dan perusahaan mengelola knowledge seseorang menjadi keunggulan," ujar Andiral Purnomo, Direktur Indonesian MAKE Study.
Kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah melalui pekerja yang berpengetahuan juga menjadi pertimbangan apakah suatu organisasi dan perusahaan telah mampu mengelola manajemennya.
Karena sumber daya manusia atau karyawan yang disebut sebagai pekerja berpengetahuan bagi mereka bukan lagi menjadi alat produksi, tetapi sebagai manusia seutuhnya yang memiliki semangat berkontribusi dan terus-menerus melakukan inovasi kepada perusahaan.
Menjadi pembelajar
Semangat inilah yang mendorong perusahaan untuk terus menerus menginvestasikan dana mereka untuk salah satunya mendorong karyawan menjadi pembelajar, berkontribusi, dan berinovasi dengan terobosan. "Perusahaan menyadari bahwa knowledge worker ini menjadi salah satu kekuatan perusahaan," ujarnya.
Dua kali Indonesian MAKE Study digelar selama dua tahun berturut-turut. Dunamis Organization Service bekerja sama dengan Teleos Inggris, sebuah badan penelitian mandiri di bidang manajemen berbasis pengetahuan dan modal intelektual di Inggris, dan BEJ.
Teleos sendiri telah menggelar ajang ini sejak 1998 bekerja sama dengan The KNOW Network, komunitas organisasi seluruh dunia berbasis Internet yang berdedikasi menggapai kinerja superior melalui benchmarking, jaringan, dan pola strategi berbagi pengetahuan.
Benchmarking dapat dilakukan salah satunya bercermin pada pemenang MAKE ini. Pada tahun lalu PT Unilever Indonesia Tbk menjadi pemenang MAKE Asia 2005.
Tahun ini sebanyak 67 nominasi yang dikelompokkan pada masing-masing organisasi perusahaan, yaitu bank sentral, jasa, industri, infrastruktur, keuangan, pendidikan, pertambangan, dan teknologi.
Sebanyak 15 finalis akan maju ke tahap seleksi 2006 Indonesian MAKE Study yaitu PT Anugrah Argon Medica, PT Astra International Tbk, Asuransi Astra, Bank Danamon, Bank Indonesia, Bank Muamalat, Bank Biaga, BCA, PT Bintang Toedjoe, Kelompok Kompas-Gramedia, Medco E&P Indonesia, PT Telkom Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Wijaya Karya, dan PT Excelcomindo Pratama Tbk.
Mereka adalah perusahaan yang masuk dalam penilaian yang memiliki delapan kategori, yaitu menciptakan budaya perusahaan yang didorong oleh pengetahuan, mengembangkan knowledge workers melalui kepeimpinan manajemen senior, dan menyajikan produk atau jasa atau solusi yang berbasis pengetahuan.
Penilaian selanjutnya adalah memaksimalkan modal intelektual perusahaan, menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif, menciptakan suatu organisasi pembelajaran, memberikan nilai berdasarkan pengetahuan tentang pelanggan, dan mentransformasikan pengetahuan perusahaan menjadi nilai bagi pemegang saham. "Akan dilihat apakah kinerja mereka menurun, juga aktivitas mereka dalam mengelola aset apakah bagus atau tidak, kalau tidak mereka akan turun," Andiral menambahkan.
Pada akhirnya, penilaian akan ditentukan dengan nilai tambah mereka dalam bentuk keuntungan perusahaan yang dilihat pada neraca rugi laba. Sedangkan untuk organisasi dan perusahaan nonprofit ditentukan oleh kinerja dan sejauh mana manfaat dan kekayaan pemegang saham atau kemaslahatan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Namun, bagaimanapun hasilnya masih dipertimbangkan dengan tujuh kriteria lainnya. Misalnya bagaimana budaya perusahaannya, sumber daya manusianya maupun produk mereka. "Selanjutnya bagaimana kemampuan mereka memaksimalkan intellectual capital, dan kemampuan menciptakan nilai tambah," kata Andiral menambahkan.
0 Comments