Anak lahir ke dunia sudah memiliki kepekaan sosial. Tinggal bagaimana orangtua menebalkan dan menerapkan rasa itu sehari-harinya.

Setiap anak sesungguhnya memiliki potensi naluri sosial dalam dirinya. Karenanya, sejak masih balita anak sudah bisa diajarkan tentang kepekaan sosial. Kepekaan sosial pada anak dapat ditumbuhkan dari pengalaman perasaannya. Namun, untuk menciptakan pengalaman perasaan pada anak, orangtua harus terlebih dahulu memahami perasaan anaknya.

Saat anak menangis karena lapar, ibunya langsung datang dan berkata "Sayang, kamu lapar yah?”. Nah, sejak itulah dimulai pelajaran kepekaan yang pertama. Menurut psikolog Rani I. Noe’man, dari Yayasan kita dan Buah Hati, kepekaan sosial pada anak dapat timbul dari rasa sensitif orangtua terhadap kebutuhan anak sehingga anak dapat belajar bagaimana memenuhi kebutuhan orang lain.


Dalam mengajarkan kepekaan sosial pada anak, orangtua harus rajin memberikan contoh. Jika Orang tua memiliki sifat penolong biasanya Anak juga akan demikian. "Anak itu hidup dengan mencontek orang tuanya, karena itu orang tua harus hati-hati dalam melakukan sesuatu," kata Rani. Anda memberikan uang untuk pengemis, anak melihatnya, otomatis dia akan melakukan hal yang sama.

Selain itu, Anda juga bisa memberikan pemahaman perasaan kepada anak. “Terapkan selalu kepada anak bahwa setiap manusia mempunyai perasaan sehingga anak bisa memahami perasaan orang lain,“ sambung Rani. Kalau pembantu sedang sibuk tapi anak tetap merengek untuk menemaninya bermain, Anda bisa berkata, “Nak, mbaknya lagi sibuk, kalau kamu lagi main terus digangguin, kamu pasti sebal, sama halnya dengan mbak kan?”

Belajar memahami orang lain

Kepekaan sosial adalah bagaimana caranya kita memahami kebutuhan orang lain. Itu menjadi dasar yang penting karena dapat melahirkan sikap empati dari si anak. Sementara itu, kepekaan sosial dapat berpengaruh bagi perkembangan empati anak terhadap lingkungan. Bagaimana anak bisa mengetahui atau membantu orang yang kesusahan, apabila dia tidak mempunyai empati. Semua itu bisa mudah diajarkan, apabila Anda menerapkannya sejak anak masih kecil. “Kalau dari kecil anak sudah memiliki kepekaan sosial, itu akan mempengaruhi keseluruhan elemen hidupnya nanti. Anak bisa menjadi lebih disiplin, bertanggungjawab dan madiri,“ papar Rani.
Sebenarnya setiap bayi yang lahir sudah memiliki kepekaan sosial, tinggal bagaimana cara orang tua mengasah kepekaan sosial anaknya. Kepekaan sosial akan berkembang dengan memberikan pelajaran terus-menerus kepada anak. Selain itu, lingkungan juga bisa mempengaruhi perkembangan kepekaan sosial anak. Ajak anak ke tempat-tempat umum, seperti pesta ulang tahun, dimana anak bisa belajar bahkan mempraktekan kepekaan sosial. Ajarkan anak untuk saling berbagi mainan atau makanan dengan temannya. “Saat anak bisa membagi mainan sama temannya, dia akan mengerti kalau main bersama itu lebih menyenangkan dibandingkan main sendiri. Pemahaman seperti itu juga bisa membuat hubungan anak dengan orang lain menjadi bagus, “kata Diah Paramita, psikolog dari Jagad Nita Consulting.

Kesempatan paling baik bagi orangtua menerapkan kepekaan sosial adalah saat anak masih balita karena dia masih bergantung dengan orang lain. Bila anak menangis, orang tua harus responsif. Tangisan bayi itu beda-beda, ada menangis karena lapar dan ada yang menangis hanya karena ingin bersendawa. “Sampai berusia satu tahun, anak belajar bagaimana mempercayai lingkungannya dan bagaimana dia memenuhi kebutuhannya. Semua itu bisa diperoleh dari orangtua. Itu sebabnya orangtua harus peka terhadap kebutuhan anak,“ papar Diah.
Kepekaan sosial bisa diajarkan lewat film atau buku cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Anak kecil mudah sekali menyerap apa yang dilihat dan didengarnya karena sebagian besar memori otaknya masih kosong. Penting sekali bagi Anda untuk menggendong, membelai dan memeluk anak agar anak mempunyai pengalaman perasaan. Dari situlah anak bisa memiliki kepekaan perasaan yang akan melahirkan kepekaan sosial.

Untuk dapat menanamkan kepekaan sosial pada anak, orangtua harus mempunyai hubungan yang baik dengan anak maupun dengan pasangannya. Karena ini bisa menjadi contoh nyata awal yang melandasi pengalaman perasaan anak selanjutnya. Kepekaan sosial bisa mempengaruhi interaksi anak kepada orang lain. Ada anak yang bisa berteman dengan asyik dan ada yang tidak. Anak bisa punya banyak teman, itu merupakan hasil ajaran dari orang tuanya mengenai kepekaan terhadap orang lain. Kepekaan sosial juga bisa berarti saling menghormati, saling menghargai, saling memberi, dan kesetiakawanan.

Tips menumbuhkan kepekaan sosial anak

Memahami perasaan anak

Anak Anda mendapatkan nilai jelek, Anda memarahinya. Perasaan anak menjadi tambah kesal. Sebaiknya Anda harus memahami perasaannya dan membantunya mengurangi beban perasaannya dengan tak menekannya dengan harapan Anda. Ajak anak bersama-sama menemukan penyebab nilai jelek dan bangun semangatnya kembali. Dengan begitu anak Anda bisa belajar memahami perasaan orang lain.

Hindari model komunikasi menyimpang

Anda banyak kegiatan tapi tetap saja memasak makanan kesukaan anak. Saat anak tidak mau makan dan melihat masakan Anda belum disentuh, Anda langsung marah-marah. “Maksud Anda memang baik, tapi anak menangkap sebaliknya. Memarahi anak bisa membuat dia berpikir Anda jahat. Itulah maksud dari model komunikasi menyimpang, “jelas Rani.

Berikan bahasa tubuh yang baik

Anda sedang letih, tapi anak mengajak bermain. Lantas Anda menunjukkan wajah cemberut, itu artinya Anda tidak peka terhadap kebutuhan anak. Meskipun Anda lelah atau sedang ada pekejaan menumpuk, jangan menunjukkan sikap acuh pada anak.

Beri dukungan anak mengatasi masalahnya.

Secara perlahan Anda membantu anak untuk mengatasi masalahnya sendiri. Namun, sebaiknya jangan terlibat langsung dengan membantunya mencari jalan keluar dan anak yang melakukan eksekusi. Misalnya, anak dipukul temannya, Anda bertanya penyebabnya dan memancing solusi anak. Kemudian Anda bimbing untuk melakukan penyelesaian yang bijaksana.

Tekankan pada perasaan.

Usahakan untuk mengutarakan perasaan Anda jika anak berlaku sesuatu yang tak berkenan. Anak memukul temannya, Anda berkata, “Mama sedih deh lihat kamu mukul teman.” Saat itu Anak akan belajar, kalau ia memukul teman, perasaan ibunya akan sedih. Lama-lama anak belajar mengerti bahwa kalau dia berbuat salah pada orang lain, perasaan orang itu bisa sedih.