Malas bukan sifat karakter anak, tapi bentukan dari lingkungan dan contoh yang diamatinya. Sudah beberapa hari ini Marina (34 tahun) melihat Putra (8 tahun) tidur siang tanpa melepaskan seragam dan sepatunya. “Ah malas Ma, nggak ada bibi,” jawab Putra saat ibunya menegurnya. Jawaban ini membuat Marina terkejut dan menyadari kekeliruannya selama ini.

Psikolog pendidikan anak dari Sekolah Adik Irma dan Lembaga Psikologi Terapan UI, Vera Itabiliana Psi, mengatakan tipe anak pemalas umumnya bisa diamati dari perilakunya, antara lain cepat merasa puas, menyukai kegiatan bersifat pasif seperti menonton televisi, bermain game, atau kegiatan yang tak menuntut anak terlibat di dalamnya. Tak jarang kewajibannya pun tak dilakukan dengan baik. Tapi, jangan lekas mencap anak malas. Amati penyebab dari tindakannya yang Anda definisikan sebagai sikap malas. Anak malas juga seringkali dikaitkan dengan tidak disiplin. Sebelum memberikan penghakiman, cermati dulu penyebabnya.


Menurut Vera, berbeda dengan orang dewasa, sikap malas anak selalu dilatarbelakangi alasan tertentu yang logis. Mungkin saja disebabkan oleh tuntutan orangtua yang terlalu tinggi atau anak tidak mendapat cukup penghargaan atas pekerjaannya yang telah dilakukannya. Sebelum menggantungkan harapan tinggi pada anak, sebaiknya orangtua intropeksi diri dulu. Misalnya jika Anda mengeluh anak malas mandi, sudahkah Anda mandi tepat waktu? Atau anak malas sekolah, pernahkah Anda mengeluh malas ke kantor? Anak belajar dari contoh terdekatnya.

Psikolog LPT UNIKA Soegijapranata Semarang, Drs Haryo Goeritno MSi menambahkan, pada dasarnya tak ada karakter khusus yang dapat dijadikan patokan anak itu malas atau tidak, karena malas sifatnya sementara. Umumnya sifat malas senantiasa dibandingkan antara kegiatan yang biasanya dilakukan dengan kegiatan yang tengah dilakukan saat itu. Karenanya, ukuran malas tergantung pada aktivitas orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya, saat kakak atau adiknya belajar, anak terlihat menonton TV. Komentar malas pun mampir di telinganya.

Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Dr Conny Semiawan mendefinisikan anak malas ialah anak yang enggan melakukan hal yang sesuai minatnya terlebih yang bukan minatnya. Keengganan tersebut disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu contoh faktor eksternal adalah tak adanya perhatian dan apresiasi terhadap pekerjaan anak.

Pada dasarnya anak memiliki sikap disiplin dan kerajinan, namun tidak tergali dan dibuat menarik. Anak akan lebih mendekati suatu hal yang menarik perhatiannya.”Malas bukanlah suatu sifat karakter tapi merupakan bentukan dari lingkungannya yaitu dari contoh yang diamatinya,” kata Conny.
Berdasar teori Figotski, papar Conny, jika anak tertarik terhadap suatu objek tertentu, maka bagian otak yang potensial mendapatkan stimulus akan mendorong perilaku anak yang rajin, disiplin dan termotivasi melakukan kegiatan. Orangtua bisa mengajak anak terlibat tanpa memberi perintah secara sengaja. Misalnya, ketika anak tengah malas berlatih tenis, Anda bisa memberinya hadiah buku biography Steffi Graft, seorang petenis dunia kemudian letakkan di antara koleksi bukunya. Anak akan tergerak untuk membaca dan terinspirasi dari buku tersebut.

Kenapa anak malas?

Orangtua juga perlu melihat ritme biologis anak sehingga bisa menyusun jadwal waktu belajar atau kegiatan anak lainnya. Jadwal yang disusun orangtua seringkali tidak pas sehingga jika anak tak memenuhinya label malas pun diberikan. Anak mulai menarik diri dari aktivitasnya dan membiarkannya terbengkalai. ‘’Ini indikasi anak mulai malas dan tidak mampu mengikuti kegiatannya disebabkan adanya beda standar orangtua dan anak,” jelas Conny.

Perhatikan pula minat anak, lanjutnya, anak seringkali tidak tertarik atau terlihat malas ketika melakukan sesuatu yang bukan minatnya. Jangan memaksakan minat Anda kepada si kecil. Begitu pun dengan cara belajar anak, karena setiap anak memiliki tipikal pola dan metode belajar yang berbeda. Ciptakan suasana belajar yang berbeda dengan di sekolah, agar anak tidak bosan.
“Anak cenderung ekspresif dan mekanisme berekspresinya masih terbatas. Orangtua harus pintar-pintar membaca penyebab anak malas agar bisa menentukan langkah untuk memberi motivasi ke anak,” kata Vera. Salah satu hal yang dapat memotivasi anak adalah pemberian penghargaan baik pujian, hadiah atau bonus bermain games.

Kendati harus mempertimbangkan kebutuhan anak, orangtua juga tidak boleh memanjakan keinginannya. Misalnya, membiarkan anak terus menonton tv sampai rasa malasnya hilang. Agar anak lebih termotivasi terapkan metode peningkatan standar. Contohnya, hari ini anak mau bekerjasama dengan Anda membereskan mainannya, katakan bahwa akan lebih baik jika selanjutnya anak membereskan mainannya sendiri. Jangan lupa berikan pujian jika anak berhasil melakukannya.

Vera menambahkan, anak yang terbiasa dilayani atau terlalu banyak mendapat larangan akan enggan mengemukakan pendapatnya karena merasa tidak dihargai. "Rasa malas yang terus diabaikan akan menyebabkan anak kurang inisiatif," katanya. Seperti, anak berpikir akan membereskan mainannya, namun pembantu sudah lebih dulu membereskan atau anak berinisiatif memberikan pendapatnya, tapi takut dimarahi atau diejek.

Haryo mengatakan, anak malas tidak identik dengan anak yang tidak mempunyai inisiatif. Misalnya, anak baru saja sembuh dari sakit, atau kondisi badannya sedang tak fit cenderung tidak mau melakukan aktivitas. Faktor psikis anak juga berperan sangat penting bagi anak untuk melakukan aktivitas, seperti misalnya berkaitan dengan kemampuan kognitif (kecerdasan, bakat), afeksi (perasaan, sikap, motivasi), dan psikomotorik (ketelitian, kecepatan, atau keterampilan).

Strategi kompetisi

Selain itu, lanjut Vera, rasa malas anak juga dilatarbelakangi terbatasnya pilihan yang ditawarkan. Ketika anak tidak suka bermain piano, jangan langsung melabeli malas mungkin saja anak menyukai bidang lain atau anak perlu melihat secara langsung kegiatannya sebelum terlibat di dalamnya. "Jangan hanya dijelaskan secara lisan saja, tapi juga dengan tindakan konkret," katanya. Rasa malas tersebut bisa mengakibatkan anak menghindari kompetisi di lingkungan tersebut. Karena jika anak dipaksakan berkompetisi dengan orang lain, ketika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan maka motivasinya bisa menurun.

Haryo menambahkan, strategi kompetisi bisa dimunculkan pada diri anak itu sendiri maupun dibandingkan anak lain. Namun, pembandingan ini harus dilakukan hati-hati karena bisa memunculkan rasa iri, cemburu, maupun kebencian. "Pendekatan yang paling baik adalah anak berkompetisi dengan dirinya sendiri," katanya. Bisa juga mengganti strategi kompetisi secara grup atau kelompok. Dengan begitu tujuan anak berkompetisi bukan lagi untuk dirinya sendiri, tapi kepentingan kelompoknya.

Conny mengatakan, agar rasa malas anak tersingkirkan sebaiknya libatkan bantuan teman-temannya dalam mengerjakan sesuatu. Umumnya anak lebih senang mengerjakan sesuatu jika ada orang lain yang mendampinginya. Misalnya, anak malas membuat prakarya, undang teman sekelasnya ke rumah untuk mengerjakan bersama-sama.

Awalnya memang diperlukan keterlibatan orang lain secara intensif dalam pekerjaan yang harus dilakukan anak. Lambat laun biarkan anak melakukan kegiatannya sendiri. Orangtua bisa mulai melepaskan, jika anak terlihat antusias dan berinisiatif sendiri mengerjakan pekerjaannya. Biasanya anak malas mengerjakan PR-nya, tapi suatu hari anak malah mengingatkan Anda, "Ma sekarang kan waktunya bikin PR."

Tips membuang rasa malas pada anak

• Berilah aktivitas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak
• Mulailah dengan kegiatan sederhana. Jangan dibalik kompleks dulu.
• Senantiasa beri penghargaan bila anak menunjukkan kerajinannya. Reward tak harus berupa barang, namun bisa berupa pujian.
• Jangan mudah sering mengomentasi atau memberi pertolongan, biarkan anak mengerjakan sendiri dan mandiri. Lakukan sesuatu bila anak minta bantuan atau dikomentari. Jangan memberikan komentar yang bersifat negatif.
• Tunjukkan hasilnya pada anak dan berilah komentar positif yang membangun, sehingga anak termotivasi untuk melakukan kembali atau meningkatkan diri.
Conny mengatakan, ada hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan orangtua, antara lain
• Jangan menunjukkan sikap malas pada anak misalnya malas mandi, terlambat bekerja, atau malas membereskan rumah.
• Jangan hanya memaksakan anak untuk berlatih piano atau sebagainya jika tidak diberikan fasilitas yang menunjang kegiatannya tersebut. Sehingga anak terbiasa melakukan aktivitasnya di rumah. “Di masa kanak-kanak pembiasaan-pembiasaan sangat penting untuk membentuk perilakunya,”katanya.
• Jangan biarkan rasa malas menggerogoti anak. Segera antisipasi rasa malasnya.
• Jangan terlalu memanjakan anak dengan selalu membantu aktivitas yang sebenarnya bisa dikerjakan anak sendiri. Karenanya, peran pembantu bisa dibatasi misalnya membiarkan anak memakai baju sendiri, mandi sendiri, dan makan tanpa disuapi.

Ups! Tasku Ketinggalan Ma..

Jika anak malas bersekolah berikut penjelasan dari psikolog Vera Itabiliana, amati dan cari penyebabnya mungkin dari lingkungan rumah, sekolah atau diri anak sendiri. Pernah ditemukan anak malas berangkat ke sekolah karena ingin bermain berdua saja bersama ibunya. Orangtua perlu meluangkan waktu spesial untuk bermain berdua saja dengan anak sehingga anak tak perlu merelakan waktu sekolahnya.

Motivasi anak yang rendah bisa menjadi pemicu kemalasan. Sehingga saat menemui masalah atau kesulitan di sekolah langsung malas ke sekolah. Jika demikian, diperlukan kerjasama dengan guru di sekolah, terutama anak yang baru masuk sekolah. Bangun rasa nyaman terlebih dulu, misalnya dengan mengenalkan anak pada lingkungan sekolah dan guru-gurunya terlebih dulu sebelum bersekolah.

Pada anak yang memang mogok sekolah, terlihat anak malas melakukan hal rutin sebelum ke sekolah seperti mandi, memakai seragam, atau malas membawa tas. Anak juga terlihat tak antusias mengerjakan PR atau menyiapkan buku pelajarannya. Tetap dorong anak untuk melakukan ritual berangkat ke sekolah meski anak terlambat, tidak membawa tas atau tugas sekolahnya. Dampingi anak jika memang diperlukan. Ceritakan hal menyenangkan mengenai sekolah